Senin, 26 Maret 2012

PEMBINAAN AGAMA ISLAM TERHADAP LANJUT USIA DI PANTI WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN UMBULHARJO YOGYAKARTA


PEMBINAAN AGAMA ISLAM TERHADAP LANJUT USIA DI PANTI WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN UMBULHARJO YOGYAKARTA

LANJUT USIA DI PANTI JOMPO

BAB  I

PENDAHULUAN


A.  PENEGASAN  ISTILAH
Skripsi ini berjudul “PEMBINAAN AGAMA ISLAM TERHADAP LANJUT USIA DI PANTI WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN UMBULHARJO YOGYAKARTA”. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul tersebut, maka penulis akan memberikan penegasan atau penjelasan demi adanya ketegasan istilah judul dan permasalahan yang akan dibahas, dengan merinci kata-kata sebagai berikut :
Pembinaan
Pembinaan adalah usaha atau tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara   berdaya guna dan  berhasil guna untuk memperoleh hasil yang baik.[1] Maksud pembinaan disini untuk membentuk pribadi muslim yang ideal, yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran perlu diadakan suatu usaha pembinaan yang maksimal agar tujuanya tercapai, yaitu bahagia dunia dan akherat. Khususnya disini bagi lanjut usia yang menghabiskan sisa usianya di Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta. Dalam kondisi yang tertekan, pemahaman agama yang kurang mereka sangat memerlukan pembinaan agama agar mereka merasa dekat dengan Tuhan sehingga tentramlah hatinya.

Agama Islam
 Menurut Abu Ahmadi dalam bukunya Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam (1994),  agama Islam adalah risalah yang disampaikan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan dan tanggung jawab kepada Allah.[2]
      Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan ibadah muamalah (syariah), yang menentukan proses berfikir, marasa, berbuat, dan proses terbentuknya kata hati.[3]
            Adapun yang dimaksud pembinaan agama Islam dalam judul tersebut adalah segala usaha dan kegiatan yang dilakukan Panti Wredha Budi Dharma, secara sistematis dan terencana mendidik dan mengarahkan obyek jamaah lanjut usia yang beragama Islam agar mereka mampu mengadakan perubahan, perbaikan, peningkatan dan pengalaman-pengalaman terhadap ajaran agama Islam sasuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist. Khususnya dalam berakhidah dan beribadah.
Lanjut Usia
Lanjut usia adalah berarti pula para orang jompo. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, orang jompo adalah orang yang sudah tua.[4]
Adapun kriteria lanjut usia atau  orang jompo di Panti Wredha Budi Dharma adalah :
a.       Berusia 60 th keatas.
b.      Tidak mampu mencari nafkah untuk keperluan hidup sehari-hari .
c.       Tidak mempunyai sanak saudara yang dapat memberikan bantuan kelangsungan hidupnya
d.      Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta
Panti Wredha Budi Dharma adalah sebuah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Tingkat Pemerintah Daerah Yogyakarta yang memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat khususnya yang kurang beruntung. Secara sosial dan cuma-cuma, panti ini memberikan pelayanan terhadap lanjut usia. Di tempat ini para lanjut usia mendapatkan cinta kasih, perawatan jasmani dan rohani, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dan mendapatkan ketentraman lahir dan batin.
            Panti Wredha Budi Dharma terletak di Ponggalan Umbulharjo VII 203 Yogyakarta. Jumlah klien di panti tersebut adalah  60 orang,  dengan mayoritas klien  beragama Islam yang berjumlah 57 orang. Sejak berdiri sampai sekarang panti ini  telah banyak mengalami perkembangan dan kemajuan berkat dukungan dan dorongan berbagai pihak.
Berdasarkan istilah tersebut maka penulis tegaskan bahwa maksud judul diatas adalah suatu penelitian tentang usaha atau kegiatan yang dilaksanakan oleh para pembina agama di Panti Wredha Budi Dharma yang berupa bimbingan terutama agama Islam yang diberikan kepada sekelompok lanjut usia  dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan sikap, perbuatan dan tingkah laku agar selaras dan sesuai dengan ajaran agama Islam.
Dalam penelitian ini penulis batasi pada kegiatan pelaksanaan pembinaan agama Islam yang meliputi, kegiatan pembinaan agama Islam, dasar dan tujuan, subyek dan obyek, materi dan metode pembinaan agama Islam, keberhasilan pembinaan agama Islam.

B.  LATAR BELAKANG MASALAH

Untuk menjawab segala tantangan dan kemajuan zaman yang semakin modern,  pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan pula manusia dapat mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan manusia akan sempurna jika kebahagiaan lahir dan batin terpenuhi dengan seimbang. Kebahagiaan batin akan terpenuhi karena adanya sebuah kepercayaan terhadap Tuhan atau agama. Dalam beragama diperlukan suatu peribadatan dengan cara-cara tertentu. Untuk mengetahui cara beribadah kepada Tuhan, manusia memerlukan sebuah pendidikan agama.
Agama Islam adalah agama yang dirahmati Allah. Segala tata cara peribadatan kepada Allah hanya akan diketahui melalui pendidikan agama Islam. Dalam Islam  telah dikenal pendidikan seumur hidup (Long Life Education), bahwa pendidikan itu dimulai dari sejak lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan agama Islam secara continue perlu diadakan sebuah pembinaan. Pembinaan agama Islam dimaksudkan untuk membentuk pribadi muslim yang  kembali kepada Sang Pencipta dengan Khusnul Khotimah.
Pendidikan agama Islam yang telah ditanamkan sejak dari kecil akan mengakar kuat pada diri pribadi seseorang, sehingga dalam menapaki hari tua atau usia lanjut dapat merasakan ketentraman batin meskipun kondisi fisik maupun psikis mereka telah menurun. Dengan beribadah kepada Allah, lanjut usia akan tenang dan berserah diri pada Allah  dalam menanti ajalnya.
 Banyak lanjut usia yang mengalami penurunan kesehatan baik secara fisik maupun secara mental sehingga jiwanya goncang. Kecemasan. rasa putus asa, emosi, mudah marah, sedih dan lain sebagainya adalah gejala dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi para lanjut usia.  Keadaan tersebut hanya dapat ditangani melalui pembinaan rohani agar dapat merasakan ketentraman dan kebahagiaan.
Gejala dengan segala permasalahan  yang dihadapi lanjut usia perlu kita kaji usaha penangananya agar mereka dapat merasakan ketentraman dan kebahagiaan. Salah satu usaha yang dilakukan Panti Wredha Budi Dharma adalah pembangunan rohani untuk lebih membangkitkan perasaan dekat dengan Tuhannya, sehingga dalam batin mereka lebih tenang dan tentram.
Latar belakang diadakan pembinaan agama Islam bagi lanjut usia  adalah untuk mengatasi latar belakang para lanjut usia yang erat kaitanya dengan asal kehidupan mereka, yang sebagian berpendidikan rendah (buta huruf), rendahnya keyakinan agama, pengetahuan pemahaman serta pengamalan agama mereka.

C.  RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, penulis dapat mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
  1. Mengapa pelaksanaan pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia di Panti Wreda Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta dipandang perlu?
2.      Kegiatan apa saja yang menjadi program dalam rangka pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia di Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta?
  1. Apa hasil dari pelaksanaan pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia  di Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta?

D.  ALASAN PEMILIHAN JUDUL

  1. Bahwa lanjut usia yang dalam keadaan jauh berbeda dari usia sebelumnya merasa tidak berguna dan diperlukan lagi, perlu diadakan pembinaan terutama pembinaan agama Islam.
  2. Pembinaan agama Islam tidak hanya penting diberikan pada anak-anak, tetapi juga untuk lanjut usia agar mencapai derajat khusnul khotimah.
  3. Adanya upaya untuk pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia di Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta.

E.   TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

Tujuan diadakan penelitian ini adalah :
1.      Ingin mengetahui kegiatan apa saja yang menjadi program dalam rangka pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia di Panti Wredha Budi Dharma Umbulharjo Yogyakarta.
  1. Ingin mengetahui mengapa pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia di Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta di pandang perlu.
3.      Untuk mengetahui hasil pelaksanaan pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia  di Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta.
Setelah diadakan penelitian ini  diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut :
  1. Dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat Yogyakarta khususnya.
  2. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh pengelola Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta agar kedepanya lebih maju.
  3. Sebagai tugas akhir dalam menempuh gelar sarjana SI di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

 

F.   KERANGKA TEORITIK

1.   Pembinaan Agama Islam
a.   Pengertian Pembinaan Agama Islam.
Dalam Al-Quran QS. Ali Imron ayat 9 disebutkan bahwa agama disisi Allah hanyalah agama Islam. Untuk melestarikan agama Allah tersebut, perlu dilaksanakan sebuah pembinaan secara terus menerus dari generasi kegenerasi. Karena Rasulullah adalah rasul terakhir pengemban ajaran Islam, maka pembinaan ini dilaksanakan sejak zaman  turunya ajaran Islam hingga akhir zaman.
Pengertian pembinaan menurut bahasa atau asal katanya, pembinaan berasal dari بنى- يبنى- بناء yang berarti membangun, membina, mendirikan. Dalam hal ini yang dimaksud penulis adalah pembinaan agama Islam. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits :
بنى الاسلام على خمس شهادة أن لا آله الا الله  وإيقام  الصلاة  وإيتاء الزكاة  وصو م رمضان (رواه البخارى)

Artinya : “Dibina Islam atas lima sendi yang terpokok yaitu meyakini ke-Esaan Allah, mendirikan sholat, membayar zakat fitrah dan berpuasa dibulan Romadhon. (H.R.. Buchori).[5]

Praktek pembinaan agama Islam pada dasarnya adalah proses pendidikan. Pendidikan ini seyogyanya diberikan sejak dari buaian hingga meninggal dunia, dari linkungan keluarga sekolah dan masyarakat, baik melalui pendidikan formal maupun non formal.
Menurut Drs. H Zuhairi dkk, Pendidikan agama Islam adalah usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.[6]
Menurut Drs. H Abdul Rachman Saleh, Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai pendidikanya dapat memahami dan mengamalkan   ajaran-ajaran  agama Islam serta menjalankan sebagai way of life (jalan hidup).[7]
b. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
1)   Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar Pendidikan Agama Islam adalah Al-Quran dan Hadits. Melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya. Allah telah mengutus seorang rosul untuk menyempurnakan akhlak manusia agar manusia beribadah kepada Tuhan melalui ajaran Islam yang sangat diperlukan sekali pembinaanya. Allah berfirman dalam QS At Tahrim ayat 6. Selain itu Allah juga berfirman dalam QS Ali Imron  ayat 104 yang berbunyi :
ولتكن منكم بأمة يدعون إلى الخير ويأمرون المعروف وينهون عن المنكر وأولئك هم المفلحون (آل عمران:104)
Artinya :”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.[8] (Q.S. Ali Imron : 104)
Hadist Nabi :
بلغوا عنى ولو آية (رواه البخارى)
Artinya : Sampaikan ajaranku kepada orang walaupun hanya satu ayat.[9](H.R. Buchori)
Ayat dan hadits Nabi tersebut diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa selaku umat Rasulullah diwajibkan untuk mengajarkan agama Islam kepada keluarga maupun orang lain sesuai kemampuan.
2)   Tujuan Pembinaan  Agama Islam
Dalam suatu usaha pasti ada tujuan, begitu halnya dalam pembinaan agama Islam pasti ada tujuan. Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai  dari suatu aktivitas, karena setiap aktivitas pasti mempunyai tujuan tertentu yang berfungsi untuk mengarahkan, mengontrol, memudahkan evaluasi suatu aktifitas.
Menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al Toumy Al Syaibani, tujuan pendidikan agama Islam adalah perubahan yang diingini yang diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya baik pada tingkah laku individu dari kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar dimana individu itu hidup atau pada proses pendidikan itu sendiri dan proases pengajaran sebagai suatu kegiatan asasi dan sebagai proposisi diantara profesi asasi dan masyarakat.[10]

Agar pelaksanaan pendidikan agama Islam tersebut terlaksana maka akan dijelaskan  tujuan secara umum dan secara khusus. 
a)   Tujuan Umum Pendidikan
Tujuan umum pendidikan agama adalah membimbing anak agar menjadi muslim sejati, beriman, beramal sholeh, bertaqwa dan berguna bagi masyarakat, agama, dan negara.
Tujuan tersebut adalah tujuan yang ingin dicapai dalam  setiap pendidikan agama Islam. Allah berfirman :
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون (الذارية: 56)
Artinya: “Dan Aku tidak akan menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.[11] (Q.S. Adzaariyat: 56) 
Bahwasanya manusia itu diciptakan agar supaya menyembah dan beribadah kepada Allah. Ada tata cara tertentu agar ibadah manusia tersebut diterima oleh Allah. Untuk mengetahuinya tidak mungkin tanpa adanya sebuah pendidikan, bimbingan dan binaan agama Islam itu sendiri.
Dengan sebuah pendidikan, pengetahuan tentang ibadah diketahui manusia. Setelah segala pengetahuan tersebut diketahui manusia maka terbentuklah manusia yang taat beribadah. Manusia beribadah adalah manusia yang segala tingkah laku dan perbuatanya bertitik tolak pada ajaran agama Islam, berdasar atas Al-Qur’an dan Hadist. Sehingga manusia dapat menikmati kebahagiaan di dunia maupun di akherat
b)   Tujuan  Khusus
Tujuan khusus pendidikan agama Islam adalah tujuan pendidikan dalam setiap tahap yang dilalui.[12] Berbicara tentang tahap khusus ini penulis membagi kedalam dua tahap yaitu :
(1)  Tahap Dewasa
Dalam tahap ini orang dewasa percaya pada suatu agama dan mampu melaksanakanya dengan penuh kesadaran. Zakiah Darodjat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama hal 162 disebutkan bahwa orang yang telah melewati usia remaja mempunyai ketentraman jiwa, ketetapan hati dan kepercayaan yang tegas baik dalam bentuk positif maupun negatif.
Dalam usia ini pembinaan agama Islam dimaksudkan untuk mempertebal keimanan, menambah ketaqwaan kepada Allah swt, karena keyakinan seseorang belum tentu dibawa sampai akhir hayatnya.


(2)  Tahap Orang Tua (Lanjut Usia)
Dalam kondisi mental yang jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya, lanjut usia perlu diberikan sebuah pembinaan agama Islam agar selalu ingat terus dengan Allah dan menambah amalan ibadah, mendekatkan diri pada Allah, pasrah jiwa raga kepada Allah, sehingga mencapai derajat khusnul khotimah.
Setelah semua tujuan pembinaan agama Islam tercapai maka akan tercipta empat hubungan yang baik yaitu, hubungan dengan Allah, hubungan dengan orang lain, dengan dirinya sendiri dan dengan makhluk lain.
Karena klienya adalah lanjut usia maka tujuan dilaksanakan pembinaan agama Islam di Panti Wredha Budi Dharma adalah untuk membimbing para lanjut usia yang kondisinya jauh berbeda dari sebelumnya untuk lebih mendekatkan diri dengan Allah, agar hati dan jiwanya tentram serta merasa berguna dalam mengisi sisa usianya.                    
b.      Proses Pembinaan Agama Islam
Pembinaan agama bukanlah suatu proses yang dapat terjadi dengan cepat dan dipaksakan, tapi haruslah secara berangsur-angsur wajar, sehat dan sesuai dengan pertumbuhan, kemampuan dan keistimewaan umur yang sedang dilalui.
Proses pembinaan agama itu terjadi melalui dua kemungkinan:


1)  Melalui Proses Pendidikan
Pembinaan agama melalui proses pendidikan itu harus terjadi sesuai dengan syarat-syarat psikologis dan pedagogis, dalam ketiga lembaga pendidikan, yaitu rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
Hal ini berarti bahwa pembinaan agama itu harus dimulai sejak lahir, karena setiap jenjang yang dilalui anak akan menjadi bagian dari pribadinya yang akan bertumbuh nanti. Apabila kedua orang tuanya mengerti akan agama, maka pengalaman anak yang menjadi bagian pribadinya mengandung unsur-unsur agama pula.
Kemudian setelah pembinaan agama itu ditanamkan di dalam rumah tangga harus dilanjutkan di lingkungan sekolah, dimana pembinaan diteruskan dan pengertian sedikit diberikan sesuai dengan pertumbuhan yang dilaluinya. Setelah anak mulai sekolah, banyak pengaruh-pengaruh masyarakat dan lingkungan menimpanya, baik yang positif maupun yang negatif. Semua pembinaan yang diberikan dirumah dan disekolah sangat mempengaruhi dalam perkembangan anak tersebut.
Agar pembinaan agama tercapai, maka ketiga lembaga pendidikan (rumah, sekolah dan masyarakat) harus bekerja sama dan berjalan seirama, tidak bertentangan satu sama lain.
2)   Melalui proses pembinaan kembali.
Yang dimaksud poses pembinaan kembali, ialah memperbaiki moral yang telah rusak, atau membina moral kembali dengan cara yang berbeda dari pada yang pernah dilaluinya dulu. Biasanya cara ini ditunjukkan pada orang dewasa yang telah melewati umur 21 tahun.[13]
Yaitu bagi mereka yang berumur lebih dari 21 tahun, yang belum pernah terbina agamanya, baik karena kurangnya pembinaan agama yang dilaluinya dulu, maupun karena belum pernah sama sekali mengalami pembinaan agama dalam segala bidang dilembaga pendidikan yang dilaluinya.
Orang seperti inilah yang menjadi sasaran dakwah. Bermacam-macam pula tingkat pendidikan dan tingkat kedudukan sosial. Untuk mengadakan pembinaan diperlukan kecakapan, pengalaman dan seni tertentu. Karena bagi masing-masing sasaran, ada keadaan dan pengalaman-pengalaman masa lalu yang telah mewarnai pribadinya dan telah membuat pengaruh tertentu terhadap moralnya. Ada yang perlu ditangani secara perorangan dan ada pula yang dapat ditangani secara kelompok.
Pembinaan agama Islam di Panti  Wredha Budi Dharma merupakan sebuah proses pembinaan kembali terhadap lanjut usia yang mana mereka sebelumnya mungkin telah mendapatkan pendidikan atau pembinaan ini terlaksana karena dalam rangka perbaikan moral para lanjut usia yang tinggal disana.

d.  Unsur-unsur Pembinaan Agama Islam
1)  Subyek Binaan
Subyek binaan yang dimaksudkan di sini adalah pelaku pembinaan. Pelaku pembinaan dapat berupa :
    Petugas khusus yang ditunjuk untuk tugas khusus tersebut (fulltimer) dan disingkat sebagai karyawan dengan tugas yang khusus untuk menangani masalah agama.
    Petugas sambilan atau petugas rangkap yaitu petugas dari suatu bagian, bertugas pula selaku pembina rohani karena keahlianya.
    Petugas tetap, tetapi berstatus honorer atau harian.
-          Ulama atau mubaligh setempat yang sewaktu-waktu mengisi pembinaan.[14]
Adapun syarat pelaku pembinaan adalah sebagai berikut :
-  Berpengetahuan agama yang mandiri.
  Penuh dedikasi.
  Patut dijadikan contoh.
  Pantas dijadikan ikutan.
  Mempunyai rasa tanggung jawab berbangsa dan bernegara.
Pada dasarnya pembina sama saja dengan pendidik. Untuk wewujudkan pendidik yang profesional, sebaiknya mengacu pada tuntunan Nabi saw, karena beliau adalah satu-satunya pendidik yang paling berhasil sebagai uswah hasanah pengemban ajaran Islam.
Pendidik Islam yang professional harus memiliki kompentensi-kompentensi sebagai berikut :
-          Penguasaan materi al-Islam yang komprehensif serta wawasan dan bahan pengayaan, terutama pada bidang yang menjadi tugasnya.
-          Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode, dan teknik) pendidikan Islam termasuk evaluasi.
-          Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.
-          Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan Islam.
-          Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yang mendukung kepentingan tugasnya.[15]
2)  Obyek Binaan
Obyek pembinaan ini tentunya adalah para jemaat pembinaan. Dalam suatu perkumpulan tentunya terdapat perbedaan, mulai dari latar belakang ekonomi, kondisi jiwa dan lainya. Adapun Obyek binaan di Panti Wredha Budi Dharma adalah lanjut usia. Dengan latar belakang para lanjut usia yang berbeda-beda diharapkan para pembina mampu menyampaikan Pendidikan Agama Islam dengan mengambil metode dan materi yang tepat agar nilai-nilai syariat Islam terserap oleh para lanjut usia.
3)  Materi Pendidikan Agama Islam
Inti dari ajaran pokok agama Islam adalah meliputi :
-  Masalah keimanan (akidah).
-  Masalah keislaman (syariah).
-  Masalah ikhsan (akhlaq)
a)  Akidah: adalah bersifat i’tikad batin, berfungsi mengajarkan ke-Esaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.
b)  Syariah: adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan semua hukum Tuhan, yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.
c)  Akhlak: adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amal diatas dan mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.[16]
Dari ketiga inti ajaran pokok tersebut dijabarkan kedalam bentuk rukun iman, rukun islam, akhlaq. Dan dari ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama yaitu:
1. Ilmu Tauhid.
2. Ilmu Fiqih.
3. Ilmu Akhlaq.
4)  Metode Pendidikan Agama Islam
Untuk mencapai suatu tujuan khususnya pendidikan agama Islam diperlukan sebuah metode. Metode adalah suatu cara yang ditempuh agar maksud suatu usaha itu tercapai. Allah berfirman :
فبما رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك (ال عمران: 159)

Artinya :”Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.[17] (Q.S. Ali Imron : 159)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa  mendidik itu diperlukan suatu metode, harus dengan cara yang deduktif, metodis artinya dengan cara yang  tepat. Allah berfirman :                        
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين (النحل: 125)
                                           
Artinya :”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.[18] (Q.S. An Nahl : 125)
Dari berbagai macam metode yang telah ada dalam pendidikan, penulis memilih metode yang dianggap tepat bagi lanjut usia antara lain :
-  Metode ceramah.
-  Metode tanya jawab.
-  Metode contoh/suri tauladan.
-  Metode demonstrasi.
-  Metode latihan.
5)   Media Pendidikan Agama Islam
Media pendidikan agama ialah perantara yang dapat digunakan dalam rangka pendidikan agama.[19] Pemakaian media dalam pendidikan dimaksudkan agar semua materi pendidikan dapat diterima dengan mudah oleh para siswa. Dalam hal ini obyek bina adalah para lanjut usia, maka dengan media diharapkan para  lanjut usia dapat dengan mudah menangkap Pendidikan Agama Islam.
Adapun macam dari media pembinaan tersebut adalah sebagai berikut:
- Lisan
- Tulisan
- Audio Visual
e.   Kriteria Keberhasilan Pembinaan.
Kriteria pembinaan dapat dikatakan berhasil apabila obyek atau sasaran pembinaan setelah mendapatkan pembinaan telah mengalami perubahan sikap dan tingkah laku.
Dengan melihat perubahan sikap dan tingkah laku tersebut, maka akan diketahui tingkat keberhasilan dari pembinaan serta dapat lebih meningkatkan proses pembinaan sehingga pembinaan akan berhasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
2.   Pendidikan Agama Islam Bagi Lanjut Usia Merupakan Pendidikan Orang Dewasa.
Islam telah mengenal pendidikan seumur hidup. Proses balajar manusia berlangsung terus melalui pendidikan formal, non formal maupun in formal. Baik melalui media pengalaman, bacaan, pergaulan, melalui kursus atau media belajar yang diselenggarakan oleh masyarakat, sehingga pendidikan dikatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup.
Proses pembinaan agama Islam bagi para lanjut usia di panti ini merupakan salah satu wujud dari pendidikan orang dewasa, karena manusia yang berusia lanjut adalah orang yang telah melewati usia dewasa yang diistilahkan dengan recontruction of personality atau proses pembinaan kembali.
Pendidikan orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak. Namun hendaknya baik dalam proses pemberian materi atau faktor lainya. Harus dilihat apa pendorong bagi orang dewasa dalam belajar dan hambatan yang dialaminya serta harapan dan perhatian yang didambakan dari orang dewasa harus diperhatikan.
Pendidikan orang dewasa yang dituntut adalah adanya perubahan tingkah laku yang mestinya terjadi karena adanya perubahan atau penambahan pengetahuan, ketrampilan serta adanya perubahan sikap. Tapi yang perlu diingat bahwa pertambahan pengetahuan belum menjamin berubahnya tingkah laku apabila masih adanya sikap tidak percaya diri, ketertutupan untuk melakukan pembaharuan sikap yang demikian merupakan sikap utama dari orang dewasa atau para lanjut usia.
Menempatkan para lanjut usia sebagai subyek pendidikan orang dewasa adalah tepat, karena mereka yang hidup di panti ini sebelumnya telah memiliki prinsip hidup, pola hidup, etika hidup yang mereka pegang kuat, sehingga bagi pembimbing agama Islam perlu mempelajari seluk beluk orang dewasa berikut psikologi mereka agar tujuan dari pembinaan agama Islam dapat dicapai.
a. Pengertian Pendidikan Orang Dewasa.
Dari uarian yang telah disebutkan diatas, dapat diketahui bahwa pendidikan bagi orang dewasa itu sangat penting, begitu juga bagi para lanjut usia yang terkadang susah diatur. Perlu kita ketahui bahwa tujuan pendidikan orang dewasa adalah perubahan tingkah laku, sesuai dengan definisinya :
Adult education is a proses where by persons whose mayor sosial rules are caracteristic of adult status undertake systematic and sustaimed learning activities for the porpuse of bringing about changes in knowledge attitudes vacues or skills.[20]
Artinya : Pendidikan orang dewasa adalah dimana seseorang memiliki perasaan sosial yang besar, berkarakter berusaha secara sistematis sebagai status orang dewasa aktifitas yang menunjang pembelajaran bagi penambahan yang membawa perubahan terhadap nilai-nilai perilaku pengetahuan atau ketrampilan.
Sedangkan berdasarkan konferensi terbuka UNESCO pada tahun 2000 bahwa pendidikan orang dewasa itu lebih menekankan pada pendidikan orang dewasa dari segi methodologi dan maksud serta tujuanya. Bahwa keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan baik itu isi, tingkatan maupun metodenya, formal dan tidaknya, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan sekolah, pendidikan kursus dan universitas atau latihan kerja, yang membuat oerang dianggap dewasa oleh masyarakat atau mengembangkan kemampuanya, memperkaya pengetahuan, meningkatkan kualitas teknik dan keahlianya, meningkatkan kualifikasi teknik dan keahlianya yang menyebabkan adanya perubahan sikap dan perilaku dalam persepektif perkembangan pribadi yang utuh serta partisipasi yang seimbang dan dalam perkembangan sosial ekonomi dan budaya yang bebas.
Pendidikan orang dewasa merupakan komponen integral dari seluruh rencana dan merupakan penerapan pendidikan seumur hidup yang mempunyai harapan memberikan bantuan kepada mereka yang ingin mengembangkan pribadinya, meningkatkan prestasi sosial dan mengakibatkan adanya perubahan perilaku yang mengarah pada yang pola hidup yang lebih baik. Dari pernyataan tersebut jika dilaksanakan akan terwujud tujuan pendidikan agama Islam dan dapat pula mengubah watak seseorang dari yang tidak baik menjadi baik.
b. Tujuan Pendidikan Orang Dewasa.
Dari definisi yang diberikan oleh UNESCO diatas, dapat diambil suatu batasan tentang tujuan yang akan dicapai dalam pendidikan orang dewasa. Dari batasan itu pula banyak para tokoh pendidikan memberi batasan tentang tujuan pendidikan orang dewasa yang tercantum dalam buku Adult Educations. In action 1936 :
John Erskine yang mengatakan : To return to creative endiarvor (kembali kepada usaha-usaha yang kreatif).
Glenn Fronc yang mengatakan : To better our social order (memperbaiki aturan-aturan sosial kita).[21]
Definisi diatas mengatakan bahwa tujuan pendidikan orang dewasa adalah mengembalikan aturan-aturan sosial yang dimiliki dengan usaha-usaha kreatif yang menunjang.
Pendidikan Agama Islam bagi Lanjut Usia Merupakan Suatu Bentuk Pendidikan Luar Sekolah.
Proses belajar telah terjadi semenjak manusia diciptakan. Pendidikan berlanjut dari generasi ke generasi dengan arah dan tujuan yang jelas. Proses belajar setiap individu dimulai dari semenjak lahir hingga meninggal. Biasanya, proses belajar akan dihubungkan dengan proses belajar dalam rangka pendidikan formal di sekolah yaitu mulai dari TK sampai dengan Perguruan Tinggi. Ada yang beranggapan bahwa jika seseorang telah keluar dari sekolah berarti selesai proses belajarnya.
Dengan kemajuan zaman, canggihnya teknologi, maka belajar dalam segala hal harus terus berjalan agar tidak ketinggalan dengan negara-negara maju. Proses belajar dapat berlangsung setiap saat dan dimanapun berada baik di sekolah maupun luar sekolah.
Pendidikan luar sekolah terjadi pada setiap kesempatan terdapat komunikasi yang teratur dan terarah diluar sekolah dalam memperoleh informasi, pengetahuan, latihan, maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan untuk menjadi peserta-peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerja bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.[22]
Berdasarkan pengertian tersebut bahwa Pendidikan luar sekolah memiliki unsur-unsur yang terdapat dalam sistem pendidikan yaitu adanya anak didik, pendidik, materi, tujuan dan lain-lain.  Bila ditinjau dalam arti luas, pendidikan luar sekolah maupun pendidikan sekolah dapat dibagi menjadi sub sistem. Dari masing-masing sub sistem muncul kegiatan pendidikan formil, informil, dan non formil yang dapat dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil.
Berkaitan dengan pembinaan agama Islam yang dilakukan di Panti Wredha Budi Dharma ini, penulis beranggapan bahwa pembinaan ini merupakan salah satu bentuk dari pendidikan luar sekolah dan lebih spesifiknya adalah pendidikan non formal. Dengan sistem yang dipergunakan adalah  adult education.
Minat Lanjut Usia Terhadap Keagamaan.
Suatu analisis dari studi penelitian yang berhubungan dengan sikap terhadap kegiatan keagamaan pada usia tua membuktikan bahwa ada fakta-fakta tentang meningkatnya minat terhadap agama sejalan dengan bertambahnya usia. Orang berusia lanjut lebih ternarik pada kegiatan keagamaan karena pertimbangan kegiatan  tersebut merupakan titik perhatian baru. Diungkapkan oleh Covalt bahwa kegiatan keagamaan mempunyai kelompok rujukan yang memberi dorongan dan rasa aman kepada mereka, sedang orang yang tidak masuk dalam kelompok agama manapun tampaknya kurang mendapatkan dorongan sosial.
Di Panti Wredha Budi Dharma terdapat satu bentuk pelayanan kebutuhan psikologis bagi para penghuninya yaitu dengan diadakannya        pembinaan keagamaan. Dalam pembinaan agama Islam ini diperlukan suatu cara yang mampu menarik minat para klien dalam mengikuti kegiatan pembinaan agama Islam. Hal tersebut tidak terlepas dari perhatian bahwa orang lanjut usia banyak mengalami perubahan-perubahan fisik dan psikologisnya yang otomatis diperlukan suatu metode yang tepat bagi proses pelaksanaan pembinaan.

G.  METODE PENELITIAN

Agar penelitian ini dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang dikehendaki, diperlukan adanya metode. Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
  1. Metode Penentuan Subyek
Metode  penentuan subyek dapat diartikan sebagai usaha penentu sumber data, bagaimana data dalam penelitian itu akan diperoleh.[23]
Dalam penelitian ini yang dijadikan subyek adalah :
a. Ketua beserta staf Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan UH Yogyakarta sebanyak 17 orang.
b. Tenaga pembina sebanyak 2 orang.
c.  Para klien (lanjut usia) sebanyak 48 orang.

  1. Metode Pegumpulan Data
Dalam mengumpulkan data atau memperoleh data, penulis menggunakan beberapa metode yaitu :
a.       Metode Observasi
Metode observasi adalah sumber pengamatan yang khusus dan pencatatan yang sistematis yang ditujukan pada satu atau beberapa fase masalah yang dihadapi dalam rangka penelitian, dengan maksud untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.[24]
Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum dan keadaan Panti Wredha Budi Dharma serta untuk mengamati tentang pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia di Panti tersebut.
b.      Metode Wawancara
Wawancara atau interviu adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.[25]
Sedangkan wawancara yang penulis lakukan adalah penulis menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada pihak yang terkait secara lisan dan mendalam kepada pengurus, pembina dan klien Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta untuk mengetahui pembinaan agama Islam.
c.       Metode Dokumentasi
Matode dokumentasi adalah sebuah metode untuk mencari data yang bersumber  dari tulisan-tulisan, seperti buku-buku, majalah, dokumen-dokumen dan lain-lain.
Adapun metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi tertulis, data tentang letak, sejarah berdirinya, struktur organisasi, keadaan pembimbing, keadaan klien, data pengasuh dan lain-lain yang berhubungan dengan Panti Wredha Budi Dharma tersebut.
  1. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan kemudian disusun dan diklasifikasikan, selanjutnya diolah dan dianalisis.
Analisis berfikir yang digunakan dalam metode deskriptif  kualitatif adalah metode berfikir induktif, berarti bahwa pencarian data bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian diadakan.[26]  Dalam proses analisa ini teori yang sudah ada ditunjukkan kemudian dicari  contoh atau kasus dari kenyataan yang ada di lapangan.

H.  SISTEMATIKA PENULISAN


Dalam penulisan skripsi ini terbagi menjadi 5 bab yang secara ringkas diuraikan sebagai berikut:
Bab pertama, memuat tentang pendahuluan yang meliputi : penegasan istilah, latar belakang masalah, rumusan masalah, alasan pemilihan judul, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua, membahas kondisi dan gambaran umum tentang Panti Wredha Budi Dharma yang meliputi: letak geografis, sejarah berdiri dan perkembanganya, struktur organisasi, kondisi umum tentang ; pengurus, pembina agama Islam, para klien dan sarana prasarana.
Bab ketiga, membahas tentang pembinaan agama Islam terhadap manula di Panti Wredha Budi Dharma yang meliputi : dasar dan tujuan diadakan pembinaan agama Islam, subyek dan obyek pembinaan agama Islam, metode dan media pembinaan agama Islam, hasil yang dicapai serta faktor penghambat dan pendukung pembinaan agama Islam di Panti Wredha Budi Dharma Ponggalan Umbulharjo Yogyakarta.
Bab keempat, memberikan analisis mengenai  pembinaan agama Islam terhadap lanjut usia di Panti Wredha Budi Dharma.
Bab kelima, merupakan akhir dari penelitian skripsi yang berisi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.



Selengkapnya Silahkan >>> DOWNLOAD

Tags: PEMBINAAN AGAMA ISLAM TERHADAP LANJUT USIA DI PANTI WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN UMBULHARJO YOGYAKARTA
Copyright © Sufi ~ Artikel Ilmu Tasawuf dan Sufisme All Right Reserved
Hosted by Satelit.Net Support Satelit.Net