Senin, 26 Maret 2012

Pendidikan Ketrampilan Saka Tarunabumi dalam Gerakan Pramuka


Pendidikan Ketrampilan Saka Taruna bumi dalam Gerakan Pramuka
Saka Tarunabumi

BAB I
PENDAHULUAN


A.        Penegasan Istilah.
Sebagai upaya memberikan gambaran yang jelas dari maksud rumusan judul tersebut diatas agar terhindar dari kesalahpahaman bagi para pembaca, maka perlu kiranya penulis memberikan penegasan istilah yang terkandung dalam judul diatas.
1.      Pendidikan Keterampilan.
a.      Pendidikan.
Dalam arti kata yang luas pendidikan didefinisikan sebagai suatu proses sepanjang hayat yang mementingkan seseorang memungkinkan untuk mengembangkan kapasitas dirinya sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat secara menyeluruh dan berkesinambungan.[1]
b.      Keterampilan.
Keterampilan asal kata dari “terampil” yang bermakna cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan, sedang pengertian Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.[2]
Pendidikan keterampilan yang menjadi pokok bahasan dalam tulisan ini adalah bentuk-bentuk keterampilan dalam Saka Tarunabumi bagi peserta didik/generasi muda agar menjadi terampil yang dikembangkan oleh Gerakan Pramuka melalui salah satu wadah pembinaan Satuan Karya Pramuka  dan relevansinya tarhadap pendidikan Islam.
2.         Saka Tarunabumi.
             Satuan Karya Tarunabumi adalah satuan karya tempat peningkatan dan pengembangan pengetahuan, pengalaman, keterampilan, kecakapan dan pengalamannya di bidang pertanian.[3]
3.         Gerakan Pramuka.
Gerakan Pramuka adalah nama organisasi yang merupakan suatu wadah proses pendidikan kepramukaan yang ada di Indonesia.[4] Sedangkan dalam Keputusan Presiden RI nomor 34 Tahun 1999 dan Keputusan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 107 Tahun 1999 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka dijelaskan bahwa Gerakan Pramuka adalah gerakan kepanduan nasional Indonesia yang merupakan sebagai organisasi pendidikan yang keanggotaannya bersifat sukarela, tidak membedakan suku, ras, golongan, dan agama.[5]
4.        Relevansi
Relevansi didefinisikan sebagai kesesuaian, kecocokan, hubungan, kaitan.[6] Dalam hal ini kesesuaian pendidikan keterampilan dalam Gerakan Pramuka dengan pendidikan Islam.

5.        Pendidikan Islam.
Secara terminologi pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran pendidikan Islam.[7] sedangkan menurut Anwar Jundi, yang dimaksud dengan pendidikan Islam ialah menumbuhkan manusia dengan pertumbuhan yang terus menerus sejak ia lahir sampai ia meninggal dunia.[8]

Dengan demikian, maksud penulisan yang berjudul “PENDIDIKAN KETERAMPILAN SAKA TARUNABUMI DALAM GERAKAN PRAMUKA             ( Relevansinya terhadap Pendidikan Islam )” ini terkandung maksud dan tujuan suatu penelitian kepustakaan yang ingin memahami dan manganalisis tentang peranan Gerakan Pramuka dalam memberikan pendidikan keterampilan bagi peserta didik/generasi muda yang ada relevansinya dengan pendidikan Islam yang secara khusus penelitian ini akan membahas  pendidikan keterampilan Satuan Karya Pramuka Tarunabumi dalam Gerakan Pramuka.

B.     Latar Belakang Masalah.
Saat ini bangsa Indonesia tengah mengalami perkembangan yang sangat kompleks akibat pengaruh derasnya arus informasi, baik melalui media elektronik maupun media cetak. Dalam kondisi demikian, masyarakat Indoensia akan selalu berubah, baik yang berada di pedesaan maupun diperkotaan. Mempertimbangkan kondisi seperti itu, idealnya pendidikan tidak  lagi hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini saja, tetapi sudah seharusnya bisa mengantisipasi dan membahas masa depan. Pendidikan hendaknya dapat melihat jauh kedepan, memikirkan apa saja yang dihadapi peserta didik kelak.
Khazanah nilai-nilai dan budaya masyarakat Indonesia yang religius dan majemuk ternyata belum dimanfaatkan secara optimal sebagai landasan yang kokoh bagi pendidikan nasional yang relevan bagi masa depan Indonesia. Sejauh ini memang dapat disimpulkan bahwa hampir semua perumusan dan pendefinisian pendidikan berinti pada penyiapan masa depan. Namun kelemahan definisi ini terletak pda usaha sadar yang mengakibatkan pendidikan nasional mudah terjebak pada dimensi-dimensi formalnya saja.
Persoalan yang dihadapi pendidikan Islam saat ini bukan lagi sekedar memberantas buta huruf, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntut bagaimana peserta didik/manusia mampu memiliki pengetahuan yang luas dan memiliki keahlian/keterampilan agar mampu beradaptasi dan mengimbangi perkembangan yang terjadi sehingga pendidikan dituntut untuk berbenah diri. Hal tersebut menyebabkan adanya dua arus pemikiran mengenai tujuan pendidikan, yaitu satu sisi pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan anak didik dari kebodohan, akan tetapi dipihak lain pendidikan dituntut untuk bisa memproduksi manusia yang mempunyai bekal keterampilan, dengan demikian sistem pendidikan harus mampu membuka cakrawala yang lebih luas bagi tenaga yang dihasilkan, khusunya dalam membuka lapangan kerja.
Dorongan dan kebutuhan akan pendidikan, ledakan penduduk, dan perubahan sosial yang pesat menyebabkan sistem pendidikan formal tidak mampu lagi menampung tuntutan tersebut. Penduduk Indonesia yang berjumlah 206.264.595 (BPS, 2002),[9] selanjtnya jumlah pendudukan usia 15 tahun sampai dengan 2001 sebanyak 144,033 juta orang atau kurang dari 70% dari keseluruhan jumlah penduduk. Jumlah angkatan kerja dari jumlah tersebut sebanyak 98,8 juta atau 68,6% dimana jumlah 90,8 juta orang merupakan pekerja/buruh dan sebanyak 8 juta orang adalah pencari kerja (pengangguran), sehingga tingkat pengangguran sampai dengan tahun 2001 adalah sebanyak 8,10%. Angka ini merupakan angka yang mengerikan, sebab apabila pertumbuhan ekonomi kita hanya rata-rata 3,5% dan daya serap tenaga kerja hanya 1 juta orang pertahun, maka dipastikan kemungkinan tingkat kerawanan di masyarakat akan relatif semakin meningkat.
Berdasarkan jumlah pekerja yang berjumlah 90,8 juta orang dijabarkan sebagai berikut: 17,5 juta adalah pekerja mandiri, 20,3 juta pekerja membantu usaha di Rumah Tangga dan hanya 2,8 juta yang merupakan sebagai pekerja tetap. Buruh sebanyak 26,6 juta sedangkan yang bekerja dibidang pertanian hanya 3,6 juta dan diluar pertanian sebanyak 2,4 juta serta sisanya berjumlah 17,6 juta pekerja dengan penghasilan tidak tetap.
Jika di cermati kondisi yang terjadi saat ini tidak imbangnya antara peluang-peluang kerja dengan lulusan yang ada. Hal ini disebabkan kurangnya kemampuan individu baik skill, mental maupun intelektual. “Kesiapan diri” dalam semua aspek kehidupan, baik jasmani maupun rohani menjadi tanggungjawab bersama antara lembaga pendidikan yang memberi pengetahuan dengan peserta didik yang harus mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya serta menambah pengetahuan di luar pendidikan formal.
Gerakan Pramuka sebagai organisasi pendidikan non formal yang turut berperan dalam pendidikan kaum muda Indonesia, tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan. Tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana cara dan usahanya untuk menanggapi berbagai perubahan, terutama yang membawa dampak bagi kaum muda. Gerakan serta semangat reformasi yang kini bergulir intinya menghendaki perubahan tatanan baru dengan segala perbaikan, keselarasan dengan tuntutan yang lebih transparansi. Dilandasi dengan kejujuran, kebenaran, keadilan dan keidealan. Sementara disisi lain Gerakan Pramuka sebagai pelengkap pendidikan formal dan informal dituntut ikut memberikan kontribusi positif terhadap lahirnya generasi baru di masa datang, yang mampu diwarisi pesan-pesan moral reformasi itu sendiri.
Akan tetapi Gerakan Pramuka yang sudah berumur ini dianggap belum merakyat dan masih belum juga dikenal masyarakat atau masyarakat sengaja tidak mau kenal karena program yang dibuat tidak sampai menyentuh masyarakat terutama yang berada di pelosok-pelosok desa, apalagi keikutsertaan gerakan ini dalam membantu masyarakat yang kurang mampu belum menjadi prioritas dalam programnya.[10]
Disamping itu juga, selama ini kegiatan kepramukaan sering dipersepsikan sebagai kegiatan yang monoton, sejak menjadi anggota Praja Muda Karana (Pramuka) di Sekolah Dasar pada tingkatan Siaga sampai tingkatan Pandega (21-25 tahun/mahasiswa), yang dipelajari itu-itu saja. Tali temali, morse, menyanyi, P3K, dan kemah. Belum lagi persepsi yang memandang Pramuka sebagai kegiatan kuno. Seiring dengan kemajuan jaman, pramuka masih saja menggunakan alat-alat sederhana dan permainan yang kuno.[11]
Tentu saja persepsi ini tidak semuanya benar. Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan kepramukaan yang tidak diketahui oleh masyarakat awam. Gerakan Pramuka sebagai organisasi gerakan kepanduan nasional Indonesia telah berupaya dengan optimal dan pola pembinaan yang selalu berkesinambungan dalam mengimbangi tuntutan dewasa ini, dengan kondisi tersebut melalui salah satu wadahnya, Gerakan Pramuka melakukan pembinaan bagi generasi muda/peserta didik dengan berbagai kegiatan diantaranya Satuan Karya Pramuka.
Gerakan Pramuka menyelenggarakan upaya pendidikan bagi kaum muda melalui kepramukaan dengan sasaran: pertama, meningkatkan sumber daya kaum muda, kedua, membentuk sikap dan prilaku positif, menguasai keterampilan dan kecakapan serta kecerdasan emosional sehingga menjadi manusia yang berkepribadian, yang percaya kepada kemampuannya sendiri, sanggup dan mampu membangnun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan masyarakat bangsa dan negara.[12]
Konsep dasar kepramukaan adalah pendidikan diri. Ini berarti setiap anggota muda dianggap sebagai pribadi yang unik, yang pada hakikatnya sudah memiliki potensi untuk berkembang keseluruh dimensi dan bertyanggungjawab atas pengembangan dirinya sendiri. Hingga saat ini pendidikan sekolah dan lingkungan ternyata kurang dapat memberikan sahamnya baik dalam pembangunan watak dan kerpibadian, membekali kemampuan otonomi untuk mandiri maupun dalam membekali nilai-nilai hidup.[13]
Sementara itu pendidikan Islam menekankan bahwa manusia harus benar-benar mengandalkan diri sendiri. Dalam arti, apapun yang dilakukan tidak selalu  tergantung pada orang lain sekalipun boleh saja mengharap bantuan orang lain karena manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Maka akan lebih baik jika yang dihasilkan dan diperoleh adalah hasil dari jerih payah diri sendiri.
Salah satu faktor untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah dierencanakan adalah keterampilan, keahlian atau kepandaian yang berpangkal pada pendayagunaan akal pikiran. Jika dengan keterampilan/keahlian suatu usaha dapat dikelola dengan baik dan kualitas barang dapat di tingkatkan, maka sebaliknya berani berbuat tanpa keterampilan/keahlian, akan menimbulkan kerugian dan malapetaka.
Untuk itu penulis mencoba membuka cakrawala bagaimana pendidikan keterampilan dalam Gerakan Pramuka mampu dikembangkan dalam pendidikan islam sebagai upaya memberikan bekal kemandirian pada peserta didik.

C.    Permasalahan.
Setelah mengetahui permasalahan tersebut diatas, guna memberikan penulisan dan pembahasan yang konkrit, penulis akan menuangkan karya tentang:
1.      Bentuk keterampilan apa saja yang dikelola Saka Tarunabumi dalam Gerakan Pramuka?
2.      Bagaimana relevansinya pendidikan keterampilan tersebut terhadap pendidikan Islam saat ini?

D.    Alasan Pemilihan Judul.
Ada beberapa hal yang mendorong penulis untuk membahas judul tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Bentuk-bentuk keterampilan yang dikelola oleh Satuan Karya Tarunabumi dalam Gerakan Pramuka relevan untuk dikembangkan dalam pendidikan Islam.
2.      Kurangnya pengetahuan keterampilan bagi generasi muda khususnya pengetahuan tentang keterampilan dalam Gerakan Pramuka di lingkungan pendidikan Islam.
3.      Asumsi bahwa konsep pendidikan Islam yang diterapkan dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam bukanlah sesuatu yang “final” artinya tidak tertutup kemungkinan masuknya gagasan baru yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.
4.      Besarnya peranan Gerakan Pramuka sebagai wadah pembinaan generasi muda, khususnya pembinaan dalam bidang tertentu yang tergabung dalam Satuan Karya Pramuka.

E.     Tujuan dan Kegunaan Penelitian.
  1. Mengetahui sejauhmana perkembangan pendidikan keterampilan dalam Gerakan Pramuka dalam meningkatkan pengetahuan keterampilan
  2. Mengetahui bentuk-bentuk keterampilan dalam Satuan Karya Pramuka khususnya Satuan Karya Tarunabumi dan relevansinya terhadap pendidikan Islam.
  3. Sebagai salah satu solusi bagi generasi muda baik dalam lingkup pendidikan Islam agar mampu berkarya dan membaktikan dirinya bagi masyarakat dengan meningkatkan keterampilan.
Kegunaan dari penelitian ini adalah memanfaatkan kesempatan bagi penulis dalam memberikan pemikiran atau wacana baru guna meningkatkan mutu pendidikan islam sebagai upaya mengembangkan prilaku mandiri, disamping itu dapat menambah wawasan keterampilan dalam kepramukaan bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya, selain itu juga untuk menambah khazanah pustaka IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta khusunya dan terlebih lagi menambah pengetahuan pembaca tentang keterampilan dalam Gerakan Pramuka.

F.         Telaah Pustaka.
Ada beberapa hasil penelitian, karya ilmiah dan literatur yang ada kaitannya dengan judul diatas antara lain:
Skripsi yang berjudul ”Pendidikan Keterampilan dalam rangka menyiapkan Angkatan Kerja di Workshop MAN Kendal” oleh M. Khaeruddin,  Skripsi ini memfokuskan pembahasannya tentang pelajaran keterampilan di MAN Kendal selaku pendidikan formal keagamaan, sebagai pelajaran ekstrakurikuler, yang menelaah masalah proses pengelolaan keterampilan yang meliputi (jenis, waktu, materi kegiatan metode pendidikan dan cara penyelenggaraanya), serta beberapa keterampilan yang diajarkan disekolah tersebut.
Skripsi saudara Samsuseno yang berjudul  “Pendidikan Keterampilan dalam mempersiapkan Angkatan Kerja Produktif di Balai Latian Kerja Kabupaten Sleman” dalam skripsi tersebut dibahas tentang suatu lembaga latihan kerja yang memberikan pendidikan keterampilan dalam berbagai jenis keterampilan sebagai usaha untuk mempersiapkan angkatan kerja yang produktif.
Buku “ Peranan Pendidikan dalam Pengentasan Masyarakat Miskin, Pendekatan Analisis Organisasi secara Kuantitaif ” karangan Wahyudi Ruwiyano. Buku tersebut pembahasannya ditekankan pada Lembaga Pendidikan Karya (LPK) yang menjadi terobosan dalam memecahkan masalah pengangguran, kemiskinan dan putus sekolah, baik diperkotaan maupun di pedesaan.buku tersebut merupakan  sebuah disertasi dengan judul “ Pengaruh Faktor-faktor Dinamika Organisasi Lembaga Pendidikan Karya terhadap Manfaat Sosioekonomi Warga Belajar ” dalam karya tersebut pokok bahasannya adalah pengkajian ilmiah tentang pengentasan masyarakat miskin dari tinjauan peranan sektor pendidikan.
Skripsi yang berjudul “Pendidikan Islam dalam Kegiatan Kepramukaan di Racana Sunan Kalijaga - Nyi Ageng Serang Pangkalan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta” yang di tulis oleh Achmad Fachrozi, membahas tentang usaha pelaksanaan pendidikan islam dalam rangka mempersiapkan anak didik  dan menumbuhkannya baik aspek jasmani, rohani maupun aspek akalnya melalui kegiatan kepramukaan di Racana Sunan Kalijaga - Nyi Ageng Serang pangkalan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Pimpinan Saka Tarunabumi tingkat Nasional menerbitkan buku Pengembangan dan Pembinaan Saka Tarunabumi yang meliputi: Pengembangan Pembinaan Umum dan buku Syarat dan Gambar Tanda Kecakapan Khusus Krida Hortikultura; dalam buku tersebut dijelaskan bagaimana pengelolaan serta berbagai macam keahlian tertentu bagi peserta didik dalam memberikan bekal pengetahuan keterampilan.
Perbedaaan dalam penelitian ini dengan penelitian/tulisan sebelumnya adalah apabila dalam penelitian sebelumnya  belum mendapat tekanan berarti pada hasil penelitian dan buku diatas. Sedangkan dalam penelitian ini penulis menekankan pada pembahasan pendidikan keterampilan dalam Gerakan Pramuka dan relevansinya terhadap pendidikan Islam yang dikembangkan sebagai proses pembinaan generasi muda melalui salah satu wadah pembinaan Gerakan Pramuka, yang lebih khusus pembahasannya tentang Satuan Karya Pramuka Tarunabumi.

G.        Kerangka Teori.
1. Pendidikan Keterampilan dalam Gerakan Pramuka.
Pendidikan keterampilan sangat penting bagi generasi muda saat ini, karena dengan bekal tersebut generasi muda mampu hidup mandiri untuk berkarya. Menurut Reber (1988) Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.[14]
 Pembinaan keterampilan dalam Gerakan Pramuka yang dilakukan dengan latihan alat driya, kecerdasan, dan kejuruan melalui syarat-syarat kecakapan khusus dan kegiatan Satuan Karya.[15] Tujuan pembinaan keterampilan bagi peserta didik dalam Gerakan Pramuka agar peserta didik tampil berbuat dan berusaha, sehingga tumbuh sikap mental yang berani dan ulet serta kreatif untuk menjadi perintis keterampilan.
Satuan Karya adalah wadah pendidikan kepramukaan guna menyalurkan minat, mengembangkan bakat, dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan pengalaman para Pramuka dalam berbagai bidang kejuruan serta meningkatkan motivasinya untuk melaksanakan kegiatan nyata dan produktif sehingga dapat memberi bekal bagi kehidupan dan penghidupannya, serta bekal pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan negara, sesuai dengan aspirasi pemuda Indonesia dan tuntutan perkembangan pembangunan, dalam rangka peningkatan ketahanan nasional.[16]
Pendidikan keterampilan yang dikembangkan oleh Satuan Karya Pramuka Tarunabumi dalam Krida Holtikultura antara lain:
1.          Keterampilan Budidaya Tanaman Buah-buahan
  1. Keterampilan Budidaya tanaman Rambutan
  2. Keterampilan Budidaya tanaman Mangga
  3. Keterampilan Budidaya tanaman Nenas
  4. Keterampilan Budidaya tanaman Salak
  5. Keterampilan Budidaya tanaman Pepaya
  6. Keterampilan Budidaya tanaman Jeruk
  7. Keterampilan Budidaya tanaman Jambu Biji.[17]

2.   Keterampilan Budidaya Tanaman Sayur-sayuran
  1. Keterampilan Budidaya tanaman Tomat
  2. Keterampilan Budidaya tanaman Cabe
  3. Keterampilan Budidaya tanaman Bayam
  4. Keterampilan Budidaya tanaman Sawi
  5. Keterampilan Budidaya tanaman Wortel
  6. Keterampilan Budidaya tanaman Bawang-bawangan
  7. Keterampilan Budidaya tanaman Seledri
3.   Keterampilan Budidaya Tanaman Hias.
  1. Keterampilan Budidaya tanaman hias Anggrek
  2. Keterampilan Budidaya tanaman hias Mawar
  3. Keterampilan Budidaya tanaman hias Melati
  4. Keterampilan Budidaya tanaman hias Kaktus
  5. Keterampilan Budidaya tanaman hias Bonsai.[18]

Gerakan Pramuka sebagai organisasi pendidikan non formal di Indonesia yang menunjang pendidikan di rumah dan di sekolah, mempunyai tugas dan fungsi semakin berat, dalam rangka peningkatan sumber daya manusia pembangunan yang cakap, profesional dan bersemangat sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan dan kemajuan bangsa dan negara serta dunia. Terkait dengan masalah tersebut Gerakan Pramuka berupaya untuk menerapkan sistem pendidikan dan pembinaan yang dititik beratkan pada life skill peserta didik agar memiliki kecakapan hidup melalui keterampilan-keterampilan dan pelatihan khusus yang diharapkan dapat membekali peserta didik masa depan. [19]
Menurut Kent Davis (2000:1) Kecakapan hidup adalah “manual pribadi” bagi tubuh seseorang. Kecakapan ini membantu peserta didik belajar bagaimana memelihara tubuhnya, tumbuh menjadi dirinya, bekerjasama secara baik dengan orang lain, membuat keputusan yang logis, melindungi dirinya sendiri dan mencapai tujuan di dalam kehidupannya.
Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi empat jenis, yakni :
a.       Kecakapan personal (personal skill) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awareness), dan kecakapan berfikir rasional (thinking skill).
b.      Kecakapan sosial (social skill)
c.       Kecakapan akademik (academic skill), dan
d.      Kecakapan vokasional (vocational skill).[20]
Dengan bekal keterampilan, generasi muda dapat mengembangkan dirinya dengan mengembangkan kreatifitasnya, hal tersebut sangat potensial jika dikembangkan dengan berbagai model/trend masa kini. Banyak hal yang dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagi upaya memupuk kemandirian dan berkarya untuk penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Jika mengacu pada uraian arti kiasan lambang Pramuka dalam keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka nomor 6/KN/72 Tahun 1972 Tentang Lambang Gerakan Pramuka, yaitu: nyiur dapat tumbuh dimana saja, yang mebuktikan besarnya daya upaya dalam menyesuaikan diri dalam masyarakat dimana ia berada dan dalam keadaan yang  bagaimanapun juga, maka Gerakan Pramuka harus mampu menjawab tantangan jaman dan harus mampu berada di komunitas manapun juga.
Meski tidak hanya mencari popularitasnya  saja, kembali dimasyarakatkannya Gerakan Pramuka telah mampu menjawab tantangan jaman, seperti, adanya Pramuka Net, yang menunjukkan kepada masyarakat bahwa selain bisa tepuk tangan dan bernyanyi, juga bisa dengan menghadirkan format Pramuka modern dengan Pramuka Net-nya.[21]

2. Nilai-nilai Pendidikan Keterampilan dalam Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt., cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa dan negara serta agama. Proses itu sendiri sudah berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Dari satu segi, bahwa pendidikan Islam lebih ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis.[22] Dari pengertian tersebut diatas menunjukan bahwa pendidikan sudah seharusnya dimulai sejak usia anak dini, hal ini akan memberikan bekal bagi anak, jika proses pendidikan anak sejak kecil mendapat perhatian dan diberikan pengetahuan keterampilan, yang merupakan salah satu tanggungjawab orang tua, sebagaimana Rasulullah SAW sangat menekankan hal tersebut, Sabda beliau sebagai berikut:

عن أ بي را فع رضي ا لله عنه قال: قال رسول ا لله صلى ا لله عليه وسلم: حق الولدعلى الوالد أن يعلمه الكتابة، والسباحه، والرماية، وان لايرزقه إلاطيبا.    (رواه الحكم).
Artinya: “Dari Abi Raafi’ ra, telah berkata: telah bersabda Rasulullah SAW: “Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rezeki kecuali rezeki yang baik.” ( H.R. Hakim ).[23]
Selain itu Sabda Nabi Muhammad SAW juga menyebutkan hal-hal yang perlu diajarkan kepada anak, yaitu :
 لماذا لا تعلمها الحيكة كما تعلمها الكتبة ؟           (رواه النسائ). 
Artinya: ” Mengapa tidak diajarkan padanya menenun sebagaimana dia telah diajarkan baca tulis” ( H.R. Al-Nasai ).[24]

Dari penjelasan hadits tersebut sudah semestinya peserta didik dapat memiliki pengetahuan diantaranya adalah keterampilan yang sangat diperlukan untuk mendapatkan penghasilan serta bekal bagi kehidupan, penghidupan dan pengabdian kepada masyarakat.
Pendidikan keterampilan yang dikembangkan oleh Gerakan Pramuka memiliki implikasi dan nilai-nilai positif yang terkandung dalam pendidikan Islam, nilai-nilai tersebut sebagai aplikasi dari sebuah proses pembinaan yang dilakukan, antara lain :
a.           menumbuhkan keimanan dan ketakwaan
b.          memiliki prilaku yang tekun dan bersungguh-sungguh
c.           menumbuhkan sikap kasih sayang
d.          melatih kesabaran
e.           mencintai keindahan
Hal tersebut dalam Islam sangat di tekankan, agar peserta didik selain ia mampu memiliki keahlian / keterampilan akan tetapi peserta didik juga mampu memiliki dasar prilaku sebagai bekal utama dalam menjalani kehidupannya.
Ilmu pengetahuan dan pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan, karena perkembangan masayarakat Islam, serta tuntutannya dalam membangun seutuhnya (jasmani dan rohani) sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ilmu pengetahuan yang dicerna melalui proses pendidikan. Proses pendidikan Islam tidak hanya menggali dan mengembangkan sains, tetapi juga, dan lebih penting lagi, dapat menemukan konsep baru tentang sains yang utuh sehingga dapat membangun masyarakat Islam sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang diharapkan.[25]
            Sayid Sabiq berpendapat bahwa yang dimaksud pendidikan Islam ialah mempersiapkan anak didik baik badannya, akalnya dan ruhaninya, agar ia menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan bagi masyarakatnya. Jadi tujuan akhir pendidikan Islam menurut definisi ini ialah terbentuknya manusia yang bermanfaat, baik bagi dirinya maupun masyarakatnya. [26]                            
Sedangkan Dr. Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani menjeleskan tunjuan “antara” dalam pendidikan Islam ada tiga tujuan yaitu tujuan individual, tujuan sosial, dan tujuan profesional. Ketiga tujuan itu secara terpadu dan terarah diusahakan agar tercapai dalam proses pendidikan Islam. Dengan tujuan ini pula, jelas kemana pendidikan Islam diarahkan. Pendidikan Islam berdasarkan tujuan diatas, pertama-tama berusaha memberkali anak didik dengan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi kepentingan dirinya dan masyarakat.[27]

3.          Tinjauan tentang Relevansi
Relevan memiliki pengertian kait mengkait, bersangkut paut berguna secara langsung. Sedangkan yang dimaksud dengan relevansi adalah hubungan, kaitan.[28] Dalam hal ini penulis berupaya menuangkan tulisan terkait dengan keterampilan yang dikembangkan oleh Gerakan Pramuka yang ada relevansinya dengan perkembangan dan peningkatan mutu pendidikan Islam.
Dalam pandangan Zakiah Daradjat masalah relevansi pendidikan dapat ditinaju dari tiga segi, yaitu :
  1. Relevansi pendidikan dalam lingkungan hidup murid.
Dalam menetapkan bahan pendidikan yang akan diajarkan hendaknya dipertimbangkan sejauh mana bahan tersebut sesuai dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar murid.
  1. Relevansi dengan perkembangan kehidupan sekarang dan masa yang akan datang
  2. Relevansi dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan.[29]
            Konsepsi pendidikan Islam yang berdasarkan Al-qur’an dan Hadits memiliki jangkauan kedepan, karena itu falsafah pendidikan Islam lebih tepat jika menggunakan falsafah progresifisme, artinya bahwa pendidikan mendahului gerak perubahan sosial.[30]
Pendidikan Islam masa kini berupaya mengacu pada lima visi dasar pendidikan manusia abad XXI (termasuk Pendidikan Islam) dimana telah diajukan oleh UNESCO, yaitu: Pertama learning how to think (belajar bagaimana berfikir) yang memuat aspek-aspek pendidikan yang mengedepankan rasionalitas, keberanian, bersikap kritis, mandiri, hobi membaca. Kedua learning how to do ( belajar untuk bekerja). Yang memuat aspek keterampilan pribadi dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Ketiga learning how to be (belajar menjadi diri sendiri) yang berarti aspek mendidik orang agar dikemudian hari bisa tumbuh berkembang sebagai pribadi yang mandiri, punya harga diri dan bukan hanya memiliki heaving (materi). Keempat learning how to learn (belajar untuk belajar) yang berarti menyadarkan bahwa pengalaman sendiri itu tidak akan pernah cukup sebagai bekal hidup, orang perlu juga mengembangkan sikap kreatif, daya pikir dan imajinatif. dan Kelima learning how to live together (belajar untuk hidup bersama) yang mensyaratkan pendidikan memberikan ruang bagi pembentukan kesadaran bahwa kita hidup dalam sebuah dunia yang global bersama banyak manusia dari berbagai latar belakang etnik, budaya dan sebagainya.[31]
Umat Islam harus merubah sikap pandangannya yang lama yaitu dari pandangan terhadap lembaga pendidikan Islam hanya sebagai gudang ilmu atau bank transfer dan transmisi kultural menjadi sentrum pengolahan ilmu yang alamiah dan ilmiah yang mengacu pada masyarakat yang thoyyibah warobbun ghafur. Oleh karena itu berbagai model pendidikan Islam yang berorientasi perspektif kemasa depan merupakan jawaban yang tepat guna. Pendidikan Islam yang mampu berperan inovatif  adalah pendidikan yang berorientasi kepada kebutuhan hidup manusia di masa mendatang.

H.        Metode Penelitian.
1.Jenis Peneltian.
Penulisan skripsi ini merupakan penelitian kepustakaan ( library research ) karena menggunakan sumber tertulis. Dalam proses pengumpulan data yaitu dengan mengadakan penelitian yang obyek utamannya buku-buku kepustakaan atau literatur-literatur lainnya serta tulisan-tulisan yang berkaitan dengan permasalahan diatas.

2.Metode Pengumpulan Data.
Sesuai dengan sifat penelitian yaitu penelitian kepustakaan (library research), maka penulis mengumpulkan data yang relevan. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, menelaah buku-buku, majalah, surat kabar, catatan, agenda seminar dan benda-benda tertulis lainnya yang ada relevansinya dengan pembahasan dalam skripsi ini.[32]
Sumber data primer adalah sumber informasi yang langsung dan tanggung jawab pengumpulan atau penyimpanan data. Dalam hal ini literatur-literatur yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku Satuan Karya Tarunabumi, buku Petunjuk Teknis Krida Hortikultura I dan buku Petunjuk Teknis Krida Hortikultura II (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Pimpinan Saka Tarunabumi Tingkat Nasional),
Sumber data skunder adalah informasi yang tidak secara langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi yang ada. Dalam hal ini berupa literatur-literatur yang mendukung sumber primer sebagai bahan penulisan. Sumber ini berasal dari buku, terutama buku-buku yang menunjang pembahasan antara lain: Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Bandung : Trigenda Karya, 1993), Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis karya Samsul Nizar (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), Mahmud Ahmad Assayyid,  Mendidik Generasi Qur’ani (CV. Pustaka Mantik, 1992), A. Mudjab Mahabi, Adab dan Pendidikan dalam Masyarakat (Yogyakarta : BPFE, 1984), Filsafat Pendidikan dalam Al-Qur’a karya Muhammad Fadhil Al-Jamaly (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1986), ‘Abdul Hamid Al Hasyimi, Mendidik Ala Rasulullah, penerjemah Ibn Ibrahim,  (Jakarta, Pustaka Azzam, 2001), ANAK SHALEH, Cara Mendidik Anak dalam Islam 2 karya Umar Hasyim (Surabaya : PT. Bian Ilmu, 1983), serta berasal dari artikel dalam majalah atau jurnal, dan karya ilmiah yang membahas tema-tema serupa.

3.      Metode Analisis Data.
Untuk menganalisa data primer dan data skunder dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis, yang dimaksud dengan metode deskriptif dan analitis ialah setelah data terkumpul, maka diklasifikasikan sesuai dengan masalah yang dibahas dan dianalisa isinya (content analysis), dibandingkan antara dua data yang satu dengan yang lainnya, kemudian diinterpretasikan dan diakhirnya diberi kesimpulan.[33]
Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data ini adalah :
a.       Langkah deskriptif
b.      Langkah interpretatif
c.       Langkah komparatif
d.      Pengambilan keputusan atau menarik kesimpulan.

4.      Metode Pembahasan.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pola pikir ilmiah, yaitu :
a.       Metode berfikir Deduktif
Metode yang digunakan dengan mengambil data yang didasarkan pada pengetahuan atau keadaan bersifat umum untuk menganalisa keadaan yang bersifat khusus untuk mengambil kesimpulan, sebagaimana dikemukakan oleh Sutrisno Hadi, bahwa apa saja yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam suatu kelas atau jenis, berlaku juga sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang termasuk dalam kelas atau jenis.[34]

b.  Metode berfikir Induktif
Metode yang digunakan dengan cara mengumpulkan fakta-fakta suatu masalah, kemudian fakta-fakta yang sama diambil konklusinya sebagai standar secara umum, sebagaimana pendapat Sutrisno Hadi, yang dimaksud dengan berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, seperti peristiwa-peristiwa yang kongkrit itu ditarik generalisasi yang bersifat umum.[35]

I.           Sistematika Pembahasan.
Secara garis besar, ulasan skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup.
Sebelum ketiga bagian tersebut diungkap, terlebih dahulu dipaparkan bagian formalitas dan diakhiri dengan lampiran-lampiran. Ketiga bagian tersebut dibagi menjadi empat bab yang setiap babnya terdiri sub-sub bab.
Bab pertama diawali dengan Pendahuluan yang mencakup : penegasan istilah, latar belakang masalah, rumusan masalah, alasan pemilihan judul, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua meliputi tentang perkembangan Gerakan Pramuka yang terdiri dari pengertian Gerakan Pramuka, sejarah dan perkembangan Gerakan Pramuka, tujuan, fungsi dan tugas pokok Gerakan Pramuka, prinsip dasar dan metode kepramukaan, kode kehormatan Gerakan Pramuka, ciri-ciri dan sifat Kepramukaan, Kepramukaan sebagai sistem pendidikan, Satuan Karya Pramuka dan keanggotaan Gerakan Pramuka.
Bab ketiga tentang bentuk-bentuk keterampilan dalam Satuan Karya Tarunabumi dan relevansinya terhadap pendidikan Islam, tujuan dan fungsi Satuan Karya Tarunabumi, bentuk-bentuk keterampilan, materi pendidikan keterampilan, Implikasi Nilai Pendidikan Keterampilan terhadap Pendidikan Islam.
Bab keempat penutup, yang berisi tentang kesimpulan, saran, dan kata penutup.

Selengkapnya Silahkan >>> DOWNLOAD

Tags: Pendidikan Ketrampilan Saka Tarunabumi dalam Gerakan Pramuka
Copyright © Sufi ~ Artikel Ilmu Tasawuf dan Sufisme All Right Reserved
Hosted by Satelit.Net Support Satelit.Net