• Maqam dan Keadaan yang harus dilalui Para Sufi.

  • Kisah Hikayat Ulama Sufi.

  • Kisah Hikayat Para Wali Qutub sepanjang Masa

  • Kisah dan Cerita Lucu Sang Abu Nawas.

New Post

Rss

Senin, 19 Januari 2015
Jangan Putus Asa dalam Doa dan Dzikir

Jangan Putus Asa dalam Doa dan Dzikir

doa dzikir
KAJIAN HIKAM :Janganlah engkau putus asa karena tertundanya pemberian

لاَ يَكُنْ تَأَخُّرُ أَمَدِ الْعِطَاءِ مَعَ الْإِلْحَاحِ فِي الدُّعَاءِ مُوجِبًا لِيَأْسِكَ فَهُوَ ضَمِنٌ لَكَ الْإِجَابَةُ فِيمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لاَ فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ وَفِي الْوَقْتِ الَّذِي يُرِيدُ لاَ فِي الْوَقْتِ الَّذِي تُرِيْدُ (الشيخ إبن عطاء الله)
 

Janganlah engkau putus asa karena tertundanya pemberian, padahal engkau telah mengulang-ulang doa. Allah menjamin pengabulan doa sesuai dengan apa yang Dia pilih untukmu, bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri, dan pada saat yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau inginkan.

Di antara beberapa syarat diterimanya doa adalah apabila dilaksanakan dengan penuh harapan dan tidak berputus asa. Belum terkabulnya doa seorang hamba, padahal ia telah berulang-ulang berdoa jangan sampai menjadikannya putus asa, karena Allah berfirman,
Berdoalah kalian kepada-Ku maka Aku akan mengabulkanmu.” (Ghâfir: 60)

Allah SWT. akan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya. Namun demikian, terkabulnya doa tidaklah terikat dengan kemauan si hamba akan tetapi lebih terikat dengan kehendak dan rencana Allah. Karena Allah Maha Mengetahui akan kondisi hamba-hamba-Nya; terkadang Allah menolak permintaan seorang hamba, karena memang yang terbaik adalah tidak terkabulnya doa itu. Dalam konteks ini, ketika Allah menolak suatu doa sebenarnya secara tersirat memberi, sebagaimana dikatakan oleh syaikh Atha’, ”Ketika Allah menolak sebuah permintaan sebenarnya memberi dan ketika memberi sebenarnya menolak.” Untuk memperkuat pandangan ini, simaklah ayat berikut ini,

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
 

”Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

Penolakan Allah dalam merealisasikan suatu doa, mempunyai substansi pemberian yang tepat bagi manusia. Demikian juga, Dia mengabulkan sebuah doa pada waktu yang ditentukan-Nya, bukan pada waktu yang engkau tentukan. Jadilah seperti Musa yang sabar, karena sabar dan tidak tergesa-gesa merupakan sifat yang utama bagi seorang hamba. Simaklah kisah Musa dan Harun yang berdoa agar Fir’aun dan kaumnya beriman kepada Allah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, ”Ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau.” (Yûnus: 88) Sampai akhir ayat yang mengisahkan tentang permohonan Musa dan Harun agar kaumnya beriman kepada Allah, dan ternyata permohonan itu baru dikabulkan setelah empat puluh (40) tahun berlalu, sebagaimana firman Allah berikutnya,
Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu teteplah kalian berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui.” (Yûnus: 89)
 

Dalam sebuah hadits disebutkan, ”Sesungguhnya Allah menyukai kesabaran dalam doa.”
Juga dalam hadits lain disebutkan, ”Sesungguhnya hamba yang shaleh apabila berdoa kepada Allah, 

malaikat Jibril berkata: Wahai Tuhanku, hamba-Mu fulan telah berdoa, maka kabulkanlah. Kemudian Allah berfirman: Berdoalah wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku senang mendengar suaramu.”

Demikianlah, tata krama dalam berdoa yang telah ditunjukkan oleh Allah agar menjadi pedoman bagi umat Islam. Terkadang Allah mengabulkan atau mengganti dengan hal lain yang notabene merupakan kebaikan dan tambahan yang lebih baik.
Keutamaan Dzikir

Keutamaan Dzikir

Fadhilah Keutamaan dan Pentingnya Dzikir dan Wirid

keutamaan dzikir

Dzikir menurut bahasa ialah ingat akan sesuatu / menyebut akan sesuatu. 
Dzikir menurut istilah Ahli Sufi ialah ingat Asma Allah dengan sarana apa saja baik secara dhohir atau dalam bathin. Dzikir terbagi dalam tiga macam jenisnya yaitu :

1. Dzikrul Lisan ( Dzikirnya orang yang awam )
2. Dzikrul Qolbi ( Dzikirnya orang yang Khowas )
3. Dzikrul Ruh ( Dzikirnya orang Khowasul khowas )
 

Dzikir yang pertama bisa menyambung kepada dzikir yang kesdua dan dzikir yang kedua juga menyambung kepada dzikir yang ketiga yaitu yang menjadi puncaknya dzikir. Adapun pendapat lain mengatakan bahwasannya dzikir yang pertama akan tetap membuahkan siksa dan dosa sebab masih dihukumi dzikir adat, sedangkan dzikir yang kedua akan membuahkan pahala sebab sudah termasuk dikir ibadah, sedangkan yang ketiga dzikir yang tidak dapat diketahui pahala dan balasannya, hanya Alloh Swt sebab jenis yang ketiga ini adalah dzikrul mahabbah dan ma’rifatulloh.

Hakikat dzikir adalah untuk menetahui letak perbedaan antara Alloh dan kita, sebagai makhluqNya.


Afdholu dzikri yaitu kalimah :


 لاَاِ لَهَ اِلاَ اللهُ
 

Sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah hadits Nabi :

 أَ فْضَلُ ا لذِكْرِ لاَاِ لَهَ اِلاَ اللهُ 

Dzikir yang paling utama adalah kalimah Laa ilaaha illalloh. 

Kalimah Thoyyibah adalah utama dzikir lisan, sedangkan dalam Dzikir khofi (sirri/ samar) itu lebih afdhol seperti firman Allah:

وَأ ذْكُرْ رَبَكَ فِى نَفْسِكَ تَضَرُعًا وَحُفْيَةً
 

Dan berdzikirlah dengan tadhorru’ dan samar, seperti didalam hadits Nabi Saw :

خَيْرُ ا لذِ كْرِ الْخَفِى
 

Sebaik-baik dzikir adalh dzikir khofi / sirri.

Ketauhilah sesungguhnya dzikir adalah sesuatu yang yang sangat penting di dalam hidup ini, sesorang tidak akan bisa wushul / sambung kepada Allah kecuali dengan melanggengkan dzikir kepada-Nya, sebab dzikir adalah yang diperintahkan dan ditetapkan tanda / dalil yang sangat banyak sekali, antara lain adalah firman Allah Swt :


يَا أَ يهَا ا لذ ِيْنَ أ مَنُوْا أُ ذْ كُرُوْا اللهِ ذِ كْرًا كَثِيْرًا وَسَبِحُوْهُ بُكْرَةً وَأَ صِيْلاً
 

Wahai orang-orang yang beriman ingatlah / berdzikirlah kepada Allah dengan sebanyak-banyaknyanya dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan sore. ( Al Ahzab :41)
 

Rosululloh Saw juga menegaskan :

قَالَ اللهُ تَعَالىَ: يَا إِ بْنَ أَ دَمَ إ ِذَا ذَ كَرْتَنِى شَكَرْتَنِى وَإ ِذَا نَسِيْتَنِى كَفَرْتَنِى
 

Allah berfirman : Wahai anak adam ketika kamu ingat kepadaku maka kamu syukur kepadaku dan ketika kamu melupakanku maka kamu kufur kepadaku.

وَقَالَ : لِكُلِ شَئٍ صِقَالٌ وَصِقَالُ ا لْقَلُوْبِ ذِ كْرُاللهِ
 

Segala sesuatu itu ada penghalusnya, dan penghalus semua hati adalah Dzikrulloh .
 

Seorang ulama sufi Dzin nun Al Mishriy mengatakan : “balasan bagi seorang yang ma’rifat adalah ketika dia putus dari dzikirnya”.
intisari dzikir, sesungguhnya Allah Swt menjadikan didalam titik pertemuan-Nya adalah dzikir kepada-Nya seperti dalam firman Allah Swt :


فَا ذْ كُرُوْنِى أَ ذْ كُرْ كُمْ
 

Maka ingatlah kepadaKu maka niscaya aku ingat kepadamu. (Al Baqarah :152)

Sehingga ibadah dzikrullah merupakan ibadah terbesar. Sebagaimana firman Allah (artinya) :
Dan sungguh berdzikir kepada Allah adalah yang terbesar.” (Al Ankabut :45)


Dari beberapa Dalil dan Ayat diatas menerangkan bahwa dzikrullah merupakan ibadah terbesar. Walaupun demikian, hal ini tidaklah bertentangan dengan dalil-dalil yang menerangkan bahwa ibadah shalat, shaum, haji merupakan ibadah yang amat besar pula, bahkan jihad sebagai puncak tertinggi amalan di dalam Islam. Karena tujuan ibadah itu pada hakekatnya untuk berdzikir kepada Allah . Dan ruh amalan-amalan ibadah itu adalah dzikrullah. Sehingga suatu ibadah yang diiringi dengan dzikrullah itu lebih besar daripada ibadah yang kosong dari dzikrullah. Oleh karena itu Allah berfirman: “Dan dirikanlah shalat dalam rangka untuk mengingat-Ku.” (Thaaha :14)
HUKUM MAJELIS DZIKIR DAN DZIKIR BERSAMA

HUKUM MAJELIS DZIKIR DAN DZIKIR BERSAMA

MAJELIS DZIKIR DAN DZIKIR BERSAMA


Di dalam Al Quran Allah telah berfirman: ”Dan sabarkanlah dirimu untuk tetap bersama orang – orang yang berdzikir dan berdoa kepada Tuhan mereka di pagi hari dan sore hari, semata – mata hanya menginginkan Ridho Allah dan jangan kau palingkan wajahmu dari mereka karena menghendaki keduniawian dan jangan taati orang – orang yang kami buat mereka lupa dari mengingat kami…” (QS. Al Kahfi : 28)


Telah Berkata Imam Attabari : “Tenangkan dirimu wahai Muhammad bersama sahabat – sahabatmu yang duduk berdzikir dan berdoa kepada Allah di pagi hari dan sore hari, mereka dengan bertasbih, tahmid, tahlil, doa – doa dan amal amal shalih dengan shalat wajib dan lainnya, yang mereka itu hanya menginginkan ridho Allah swt bukan menginginkan keduniawian” (Tafsir Imam Attabari Juz 15 hal 234)


Tentunya ucapan diatas menyangkal pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud ayat itu adalah orang yang shalat, karena mustahil pula Allah mengatakan pada Nabi saw untuk sabar duduk dengan orang yang shalat berjamaah, karena shalat adalah fardhu, namun perintah “duduk bersabar” disini tentunya adalah dalam hal – hal yang mungkin dianggap remeh oleh sebagian orang.


Dari Abdurrahman bin sahl ra, bahwa ayat ini turun ketika Nabi saw sedang di salah satu rumahnya, maka beliau saw keluar dan menemukan sebuah kelompok yang sedang berdzikir kepada Allah swt dari kaum dhuafa, maka beliau saw duduk bersama berkata seraya berkata : Alhamdulillah, yang telah menjadikan pada ummatku yang aku diperintahkan untuk bersabar dan duduk bersama mereka”, Riwayat Imam Tabrani dan periwayatnya Shahih (Majmu’ Zawaid Juz 7 hal 21)


Sabda Rasulullah saw : “akan tahu nanti dihari kiamat siapakah ahlulkaram (orang orang mulia)”, 

maka para sahabat bertanya : siapakah mereka wahai Rasulullah?, 
Rasul saw menjawab : ”majelis – majelis dzikir di masjid – masjid” (Shahih Ibn Hibban hadits No.816)

Sabda Rasulullah saw : “sungguh Allah memiliki malaikat yang beredar di muka bumi mengikuti dan menghadiri majelis – majelis dzikir, bila mereka menemukannya maka mereka berkumpul dan berdesakan hingga memenuhi antara hadirin hingga langit dunia, bila majelis selesai maka para malaikat itu berpencar dan kembali ke langit

dan Allah bertanya pada mereka dan Allah Maha Tahu : “darimana kalian?” 
mereka menjawab : kami datang dari hamba – hambaMu, mereka berdoa padamu, bertasbih pada-Mu, bertahlil pada-Mu, bertahmid pada-Mu, bertakbir pada-Mu, dan meminta kepada-Mu 
Maka Allah bertanya : “Apa yang mereka minta?”, 
Malaikat berkata : mereka meminta sorga
Allah berkata : apakah mereka telah melihat sorga-Ku?, 
Malaikat menjawab : tidak
Allah berkata : “Bagaimana bila mereka melihatnya”. 
Malaikat berkata : mereka meminta perlindungan-Mu
Allah berkata : “mereka meminta perlindungan dari apa?”, 
Malaikat berkata : “dari api neraka”, 
Allah berkata : “apakah mereka telah melihat neraka-Ku?”, 
Malaikat menjawab: tidak
Allah berkata : Bagaimana kalau mereka melihat neraka-Ku ?. 
Malaikat berkata : mereka beristighfar pada-Mu
Allah berkata : “sudah Kuampuni mereka, sudah Ku-beri permintaan mereka, dan sudah Ku-lindungi mereka dari apa – apa yang mereka minta perlindungan darinya
malaikat berkata : “wahai Allah, diantara mereka ada si fulan hamba pendosa, ia hanya lewat lalu ikut duduk bersama mereka
Allah berkata : baginya pengampunan-Ku, dan mereka (ahlul dzikir) adalah kaum yang tidak dihinakan siapa – siapa yang duduk bersama mereka” (Shahih Muslim hadits No.2689)

Perhatikan ucapan Allah yang diakhir hadits qudsiy diatas : dan mereka (orang – orang yang berdzikir berjamaah) adalah “kaum yang tidak dihinakan siapa – siapa yang duduk bersama mereka”, lalu hadits semakna pada Shahih Bukhari hadits No.6045.
Sabda Rasul saw : ”barangsiapa yang tidak suka dengan sunnahku maka ia bukan dari golonganku” (Shahih Muslim hadits No.1401, Shahih Bukhari hadits No.4776).
Minggu, 04 Januari 2015
Sejarah Tarekat Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah di JAMUTAQWA

Sejarah Tarekat Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah di JAMUTAQWA


jamu taqwa


Menjelang abad 20 an kelompok muslim dengan sebutan santri Thoriqoh yang dipimpin oleh seorang Kyai berasal dari Demak Jawa Tengah. Kyai tersebut semula menjadi santri dari ulama/Kyai yang sudah lama berdomisili di Desa Rejoso Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang Jawa Timur bernama Kyai Muhammad Tamim. Konon beliau adalah keluarga dari ulama terkenal di Madura.

Muhammad Juroimi nama kecilnya dan KH. Muhammad Kholil nama sebutan dewasanya. Seorang santri dari Kyai Muhammad Tamim yang mendapat penghargaan di ambil mantu, Karena alimnya dibidang ilmu agama. Tegasnya pernikahan antara KH. Muhammad Kholil dengan kakak perempuan KH. Muhammad Romly Tamim bernama Fatimah di maksudkan dapat mewakili Kyai Muhammad Tamim memimpin pengajian di pondok pesantren tersebut.

Sekembalinya KH. Muhammad Kholil dari mekkah dalam menunaikan ibadah haji, pada awal abad 20 terjadilah perubahan/peningkatan kegiatan pengajian di Rejoso dengan adanya jamiah ahli Thoriqoh yang di ambil dari dua aliran, yaitu Thoriqoh Qodriyah dan Thoriqoh Naqsabandiyah.

Qodriyah Wannaqsabandiyah adalah nama Thoriqoh yang dibina diamalakan di Rejoso yang pada jaman KH. Kholil masih nampak sekulturasi dalam tata cara berThoriqoh. Diantaranya mengharuskan bagi pengikut/santri Thoriqoh berbaju putih bersih. Dalam melakukan aurad atau khususiyah(hanya dilakukan pada hari kamis seperti yang berlaku sampai sekarang yakni kamis) diikuti oleh orang-orang yang khusyu’(menurut penilaian umum) dan berusia 40 tahunke atas bagi laki-laki maupun perempuan. Dengan berupa bentuk tata cara dalam upacara dan sebagainya. Dimaksud untuk membedakan antara berThoriqoh dan tidak berThoriqoh.

Pada sekitar tahun 1930-an KH. Romly Tamim kembali pulang dari pondok tebuireng untuk menetap di pondok Rejoso guna membina pesantren, semula KH. Muhammad Romly Tamim bukanlah guru Thoriqoh, beliau hanya guru fiqh dan nahwu yang kenamaan. Karena sejak di tebuireng (di pondok KH. Hasyim Asyari) sebagai guru madrasah dan guru ngaji dengan metode balagh fiqh ilmu ‘aqoid dengan tehnik ngaji wetan, yang sudah cukup banyak santrinya.

Sepulang KH. Muhammad Romly Tamim dari tebuireng ke Rejoso, santri-santri yang biasanya kebanyakan mengikuti KH. Muhammad Romly Tamim untuk meneruskan balaghnya di pondok Rejoso. Jumlah mereka kurang lebih 30 orang yang berasal dari jawa timur, jawa tengah, danjawa barat. Dengan demikian situasi pondok Rejoso menjadu ramai dan terkenal.

Kyai kholil atau Kyai Juroimi terkenal dengan Kyai Thoriqoh sedangkan Kyai Romly Tamim terkenal dengan sebutan Kyai Rejoso. Perbedaan jumlah santri maupun kegiatan antara santri Thoriqoh dengan santri yang ngaji pada KH. Romly Tamim sangat menyolok, karena hampir semua santri yang mondok ke Rejoso pada umumnya hanya mondok dan ngaji ke Kyai Romly. Semula santri yang dibawa dari tebuireng berjumlah 30 orang, dua tahun kemudian sudah berjumlah lebih dari dua ratus orang. Pada umumnya santri-santri dengan ikhlas dan rela mendirikan pondok/asrama sendiri di tanah KH. Muhammad Romly Tamim asal di perkenankan untuk ikut mengaji KH. muh, Romly Tamim berThoriqoh.

Satu tahun menjelang wafatnya Kyai Juroimi/KH. Muhammad Kholil, berdasarkan ilham dari Allah SWT, KH. Muhammad Kholil mengajak dan menyerahkan guru Thoriqoh kepada KH. Muhammad Dahlan (Putra KH. Muhammad Kholil) namun beliau merasa lebih muda dari kya haji Muhammad Romly Tamim, maka KH. Muhammad Dahlan memohon kepada KH. Muhammad Romly Tamim untuk bersedia memimpin dan menerima ijazah sebagai al-mursyid Thoriqoh dari KH. Muhammad Kholil. Dengan pertimbangan agar Thoriqoh dapat berkembang persat harus dipegang oleh orang yang mempunyai pengaruh besar di kalangan santri-santri dan umat Islam, satu-satunya di tangan Kyai Romly lah Thoriqoh menjadi besar setelah mendapat ajakan dan harapan dari Kyai kholil tentang Thoriqoh.KH. Romly Tamim belum bisa menerima pada waktu itu. Beliau menunggu istikhoroh dan ijin dari gurunya yaitu KH. Hasyim Asyari(bukan guru Thoriqoh). Hasil dan pertimbangan KH. Hasyim Asyari menyetujui baru beliau KH. Muhammad Romly Tamim menerima ajakan KH. Muhammad Kholil untuk memimpin Thoriqoh di Rejoso. Thoriqoh versi Kyai Romly.

Atas pesan KH. Hasyim Asyari kepada KH. Muhammad Romly Tamim, hendaknya murid-murid Thoriqoh ditingkatkan pendidikan ilmu pengetahuan fiqhnya di samping mengamalkan amalan Thoriqoh, dan tambahan bacaan aurad di luar amalan Thoriqoh sekehendaknya, paling banyak seratus kali, yaitu membaca kalimat ya Alllah ya Qodim, kedua pesan KH. Hasyim Asyari tersebut diamalakan oleh KH. Muhammad Romly Tamim dan dilanjtukan oleh penerusnya sampai sekarang.

Amalan Thoriqoh dan tata cara auradnya tidak ada perubahan sejak dari KH. Muhammad Kholil. Dalam hal ini titik berat pembinanaan murid-murid Thoriqoh menurut Kyai Romly adalah sebagaimana yang di pesankan oleh KH. Hasyim Asyari:

Pengajian/penambahan pengajian agama, terutama ilmu fiqh serta pengeterapannya perlu ditingkatkan.

Bacaan kalimat ya Allah ya Qodim perlu di kembangkan dan di tingkatkan.

KH. Musta’in Romly(guru Thoriqoh)

Pada tahun 1957, kurang lebih 3 bulan menjelang wafatnya KH. Muhammad Romly Tamim, Kyai Musta’in Romly mendapat ijazah dari KH. Muhammad Romly untuk meneruskan/memimpin dan membai’at Thoriqoh. Sering dalam pertemuan-pertemuan Kyai Romly mengemukakan bahwa Thoriqoh akan menjadi besar dan memasyarakat apabila di tangan putranya.

Setelah KH. Romly Tamim wafat, KH. Musta’in Romly langsung memimpin Thoriqoh dengan meneruskan bai’at ke Kholifah-kholifahnya Kyai Romly yang pelaksanaannya di bantu oleh beberapa ulama Thoriqoh yang sudah mendapat ijazah kholifah-kholifah bai’at, antara lain seperti Kyai Ahmad Jufri Kediri, Kyai Ma’sum Ja’far Sidoarjo, Kyai Makki Kediri dll yang membantu kelancaran kegiatan Thoriqoh.

KH. Musta’in Romly tidak menambah bentuk dan amalan aurad sejak dari yang sudah-sudah. Masa Thoriqoh hanya dikenal oleh keluarga dari kalangan santri-santri saja. Namun sekarag semua lapisan masyarakat muslim ( Pejabat Pemerintah, Cendikiawam,Mahasiswa ,Pengusaha,Masyarakat Kota dan Desa telah berperan serta dalam aktivitas Jamaah Thoriqoh yang dipimpin oleh KH. Musta’in Romly.

Mengikuti perjalanan Masa dan menelusuri Dawuh dawuhnya sebagai seorang Futurolog Al Mursyid KH Romly Tamim bahwasanya Thoriqoh dimasa KeMursidan KH.Mustain akan menjadi besar dan telah terbukti dalam peran yang dilakukan beliau Membesarkan Pondok Pesantren Darul Ulum,Membesarkan Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsyabandiyah,Mendirikan Universitas Darul Ulum pada 18 September 1965 dengan aviliasi Pendidikan dalam naungan Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan ,Kebudayaan Nasional serta beliau mendapatkan gelar Dr.Hc bidang Filsafat dari Maccao University.Peran peran dibidang sosial politik utamanya didalam Negeri melakukan Pencerahan terhadap pola pikir Masyarakat santri utamanya untuk meninggalkan Budaya sektarian warisan budaya masa kolonial yang akan merugikan perjuangan Islam sendiri terutama dilingkungan Masyarakat NU baik struktural maupun kultural mengingat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di Proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 umat Islam memiliki andil yang sangat besar dalam Konsensus Nasional dengan Azaz Pancasila sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Inilah yang menjadi sikap Perjuangan Dr KH. Mustain Romly selalu menjaga dan memelihara Harmoni Hubungan antara Ulama dan Umaro sampai ahir hayat beliau (1985). Bahkan tak dapat dipungkiri peran dan kiprahnya dengan segala dinamika masyarakat Islam utamanya masyarakat NU dan pada penghujung 1984 pada bulan September Organisasi Islam terbesar di Indonesia ini ya’ni NU mengevaluasi Perjuangan melalui Munas Alim Ulama mengambil Keputusan untuk kembali ke Hittoh 1926 dan menerima Pancasila sebagai Azaz berbangsa dan Negara. ( sumber : disarikan dari Buku Sejarah – Surat Wasiat- Ijazah Baiat ( Janji Thoriqoh) dari KH.Romly kepada KH.Musta’in Romly 1984 )

Dalam rekam jejak dari berbagai sumber bahwasanya Al Allamah Mbah K H.Romly Tamim semasa beliau memimpin Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsyabandiyah di Pondok Darul Ulum Rejoso Peterongan memiliki Murid murid Thoriqoh yang telah dinobattkan sebagai Guru atau Mursyid dikemudian hari menjadi tokoh sentral perkembangan Da’wah diseantero Indonesia bahkan diluar negeri antara lain: Al Mursyid KH.Muhammad Abbas ( Buntet Cirebon) ,Almursyid KH.Muhammad Usman Ishaq ( Sawahpulo Surabaya ),AlMursyid KH. Ahmad Shonhaji ( Kebumen ) Al Mursyid KH.Muhammad.Shiddiq (Kudus),Al Mursyid KH.Muslih Abdurrohim ( Mranggen ) Al Mursyid KH.Adlan Ali (Cukir Jombang ),Al Mursyid DR.KH.Musta’in Romly( Peterongan Jombang) ,Al Mursyid KH.Imron Hamzah (Surabaya). ( Sumber : DrsH.Ishomudin Ma’sum dalam Buku Istighostah Manfaat dan Keutamaanya ).Dalam sumber lain yaitu pada Buku Tiga Guru Sufi Tanah Jawi yang di tulis oleh Ustad Murtadlo Hadi bahwasanya Al Mursyid KH.Shobiburrohman ( Jepara ) termasuk murid Mbah KH.Romly Tamim Rejoso.

Untuk lebih memahami tentang Ilmu Thoriqoh dan Amalan Thoriqoh Qodiriyah Wannaqsyabandiyah diharapkan untuk membaca Buku Tsamrotul Fikriyah atau Buku buku yang tersebut diatas atau langsung minta bimbingan kepada AlMursyid Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsyabandiyah ( JAMUTAQWA ) Pusat di Universitas Darul Ulum Jombang Jawa Timur, yaitu DR.KH. Mujib Musta’in Romly, M.Si ( Beliau putra dari Al-Mursyid DR. KH. Musta'in Romly ).

Catatan : 

Ada sebuah cerita dari seorang Kyai namanya Kyai Musa Bojonegoro yang waktu itu mendampingi kunjungan silaturrohim KH Usman Ishaq ke Universitas Darul Ulum dengan didampingi Dr.KH.Musta’in Romly beliau KH.Musta’in Romly menyampaikan kalimat kepada KH.Usman Ishaq kurang lebihnya "Andai tidak ada Thoriqoh maka tidak ada Undar",ini satu satunya Universitas yang lahir dari Thoriqoh. Mogga didoakan Kyai, Kemudian KH.Usman berdoa diamini oleh Dr.KH.Musta’in Romly dan rombongan Jamaah Thoriqoh yang mengiringi kedua Ulama Besar ini
Selain itu, penerus dari perjuangan Alm. DR. Musta;in Romly ini kemudian dilanjutkan oleh putra beliau, yaitu DR. KH. Mujib Musta'in, M.Si ( Rektor UNDAR Jombang Jawa Timur, Indonesia ) sekaligus Al-Mursyid JAMU TAQWA ( Jam'iyyah Mujahadah Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah )

Galery JAMUTAQWA

Galery JAMUTAQWA

Berikut ini Beberapa Foto dan Kegiatan dari Pimpinan Pusat JAMU TAQWA :

Al mursyid thoriqoh qodiriyah wan Naqsabandiyah  DR. KH. Mudjib Musta'in, SH., M.Si saat menyampaikan materi di halaqoh mujahadah 1 di Daerah durung bedug,Kec. Candi, Sidoarjo, Jawa Timur.








Pengajian Umum dan Khususiyah Kubro serta Halal Bihalal di Besuki Tulungagung, pada tanggal 10 Syawal 1433 H. atau 28 Agustus 2012 di Besuki, Tulungagung, Jawa Timur










DR.Mudjib Musta'in, SH., M.Si saat member Tausiyah Pada Pengajian Umum dan Istighosah Kubro di Jember



 
 
 
 
 



Gus H. M. DR. Mudjib Musta'in, SH., M.Si. pada Wisuda Pelepasan SMP-SMA DARUL ULUM AGUNG tahun 2013 di MALANG






Copyright © Sufi ~ Artikel Ilmu Tasawuf dan Sufisme All Right Reserved
Hosted by Satelit.Net Support Satelit.Net