Minggu, 04 Januari 2015

Sejarah Tarekat Qodiriyyah wa Naqsyabandiyyah di JAMUTAQWA


jamu taqwa


Menjelang abad 20 an kelompok muslim dengan sebutan santri Thoriqoh yang dipimpin oleh seorang Kyai berasal dari Demak Jawa Tengah. Kyai tersebut semula menjadi santri dari ulama/Kyai yang sudah lama berdomisili di Desa Rejoso Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang Jawa Timur bernama Kyai Muhammad Tamim. Konon beliau adalah keluarga dari ulama terkenal di Madura.

Muhammad Juroimi nama kecilnya dan KH. Muhammad Kholil nama sebutan dewasanya. Seorang santri dari Kyai Muhammad Tamim yang mendapat penghargaan di ambil mantu, Karena alimnya dibidang ilmu agama. Tegasnya pernikahan antara KH. Muhammad Kholil dengan kakak perempuan KH. Muhammad Romly Tamim bernama Fatimah di maksudkan dapat mewakili Kyai Muhammad Tamim memimpin pengajian di pondok pesantren tersebut.

Sekembalinya KH. Muhammad Kholil dari mekkah dalam menunaikan ibadah haji, pada awal abad 20 terjadilah perubahan/peningkatan kegiatan pengajian di Rejoso dengan adanya jamiah ahli Thoriqoh yang di ambil dari dua aliran, yaitu Thoriqoh Qodriyah dan Thoriqoh Naqsabandiyah.

Qodriyah Wannaqsabandiyah adalah nama Thoriqoh yang dibina diamalakan di Rejoso yang pada jaman KH. Kholil masih nampak sekulturasi dalam tata cara berThoriqoh. Diantaranya mengharuskan bagi pengikut/santri Thoriqoh berbaju putih bersih. Dalam melakukan aurad atau khususiyah(hanya dilakukan pada hari kamis seperti yang berlaku sampai sekarang yakni kamis) diikuti oleh orang-orang yang khusyu’(menurut penilaian umum) dan berusia 40 tahunke atas bagi laki-laki maupun perempuan. Dengan berupa bentuk tata cara dalam upacara dan sebagainya. Dimaksud untuk membedakan antara berThoriqoh dan tidak berThoriqoh.

Pada sekitar tahun 1930-an KH. Romly Tamim kembali pulang dari pondok tebuireng untuk menetap di pondok Rejoso guna membina pesantren, semula KH. Muhammad Romly Tamim bukanlah guru Thoriqoh, beliau hanya guru fiqh dan nahwu yang kenamaan. Karena sejak di tebuireng (di pondok KH. Hasyim Asyari) sebagai guru madrasah dan guru ngaji dengan metode balagh fiqh ilmu ‘aqoid dengan tehnik ngaji wetan, yang sudah cukup banyak santrinya.

Sepulang KH. Muhammad Romly Tamim dari tebuireng ke Rejoso, santri-santri yang biasanya kebanyakan mengikuti KH. Muhammad Romly Tamim untuk meneruskan balaghnya di pondok Rejoso. Jumlah mereka kurang lebih 30 orang yang berasal dari jawa timur, jawa tengah, danjawa barat. Dengan demikian situasi pondok Rejoso menjadu ramai dan terkenal.

Kyai kholil atau Kyai Juroimi terkenal dengan Kyai Thoriqoh sedangkan Kyai Romly Tamim terkenal dengan sebutan Kyai Rejoso. Perbedaan jumlah santri maupun kegiatan antara santri Thoriqoh dengan santri yang ngaji pada KH. Romly Tamim sangat menyolok, karena hampir semua santri yang mondok ke Rejoso pada umumnya hanya mondok dan ngaji ke Kyai Romly. Semula santri yang dibawa dari tebuireng berjumlah 30 orang, dua tahun kemudian sudah berjumlah lebih dari dua ratus orang. Pada umumnya santri-santri dengan ikhlas dan rela mendirikan pondok/asrama sendiri di tanah KH. Muhammad Romly Tamim asal di perkenankan untuk ikut mengaji KH. muh, Romly Tamim berThoriqoh.

Satu tahun menjelang wafatnya Kyai Juroimi/KH. Muhammad Kholil, berdasarkan ilham dari Allah SWT, KH. Muhammad Kholil mengajak dan menyerahkan guru Thoriqoh kepada KH. Muhammad Dahlan (Putra KH. Muhammad Kholil) namun beliau merasa lebih muda dari kya haji Muhammad Romly Tamim, maka KH. Muhammad Dahlan memohon kepada KH. Muhammad Romly Tamim untuk bersedia memimpin dan menerima ijazah sebagai al-mursyid Thoriqoh dari KH. Muhammad Kholil. Dengan pertimbangan agar Thoriqoh dapat berkembang persat harus dipegang oleh orang yang mempunyai pengaruh besar di kalangan santri-santri dan umat Islam, satu-satunya di tangan Kyai Romly lah Thoriqoh menjadi besar setelah mendapat ajakan dan harapan dari Kyai kholil tentang Thoriqoh.KH. Romly Tamim belum bisa menerima pada waktu itu. Beliau menunggu istikhoroh dan ijin dari gurunya yaitu KH. Hasyim Asyari(bukan guru Thoriqoh). Hasil dan pertimbangan KH. Hasyim Asyari menyetujui baru beliau KH. Muhammad Romly Tamim menerima ajakan KH. Muhammad Kholil untuk memimpin Thoriqoh di Rejoso. Thoriqoh versi Kyai Romly.

Atas pesan KH. Hasyim Asyari kepada KH. Muhammad Romly Tamim, hendaknya murid-murid Thoriqoh ditingkatkan pendidikan ilmu pengetahuan fiqhnya di samping mengamalkan amalan Thoriqoh, dan tambahan bacaan aurad di luar amalan Thoriqoh sekehendaknya, paling banyak seratus kali, yaitu membaca kalimat ya Alllah ya Qodim, kedua pesan KH. Hasyim Asyari tersebut diamalakan oleh KH. Muhammad Romly Tamim dan dilanjtukan oleh penerusnya sampai sekarang.

Amalan Thoriqoh dan tata cara auradnya tidak ada perubahan sejak dari KH. Muhammad Kholil. Dalam hal ini titik berat pembinanaan murid-murid Thoriqoh menurut Kyai Romly adalah sebagaimana yang di pesankan oleh KH. Hasyim Asyari:

Pengajian/penambahan pengajian agama, terutama ilmu fiqh serta pengeterapannya perlu ditingkatkan.

Bacaan kalimat ya Allah ya Qodim perlu di kembangkan dan di tingkatkan.

KH. Musta’in Romly(guru Thoriqoh)

Pada tahun 1957, kurang lebih 3 bulan menjelang wafatnya KH. Muhammad Romly Tamim, Kyai Musta’in Romly mendapat ijazah dari KH. Muhammad Romly untuk meneruskan/memimpin dan membai’at Thoriqoh. Sering dalam pertemuan-pertemuan Kyai Romly mengemukakan bahwa Thoriqoh akan menjadi besar dan memasyarakat apabila di tangan putranya.

Setelah KH. Romly Tamim wafat, KH. Musta’in Romly langsung memimpin Thoriqoh dengan meneruskan bai’at ke Kholifah-kholifahnya Kyai Romly yang pelaksanaannya di bantu oleh beberapa ulama Thoriqoh yang sudah mendapat ijazah kholifah-kholifah bai’at, antara lain seperti Kyai Ahmad Jufri Kediri, Kyai Ma’sum Ja’far Sidoarjo, Kyai Makki Kediri dll yang membantu kelancaran kegiatan Thoriqoh.

KH. Musta’in Romly tidak menambah bentuk dan amalan aurad sejak dari yang sudah-sudah. Masa Thoriqoh hanya dikenal oleh keluarga dari kalangan santri-santri saja. Namun sekarag semua lapisan masyarakat muslim ( Pejabat Pemerintah, Cendikiawam,Mahasiswa ,Pengusaha,Masyarakat Kota dan Desa telah berperan serta dalam aktivitas Jamaah Thoriqoh yang dipimpin oleh KH. Musta’in Romly.

Mengikuti perjalanan Masa dan menelusuri Dawuh dawuhnya sebagai seorang Futurolog Al Mursyid KH Romly Tamim bahwasanya Thoriqoh dimasa KeMursidan KH.Mustain akan menjadi besar dan telah terbukti dalam peran yang dilakukan beliau Membesarkan Pondok Pesantren Darul Ulum,Membesarkan Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsyabandiyah,Mendirikan Universitas Darul Ulum pada 18 September 1965 dengan aviliasi Pendidikan dalam naungan Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan ,Kebudayaan Nasional serta beliau mendapatkan gelar Dr.Hc bidang Filsafat dari Maccao University.Peran peran dibidang sosial politik utamanya didalam Negeri melakukan Pencerahan terhadap pola pikir Masyarakat santri utamanya untuk meninggalkan Budaya sektarian warisan budaya masa kolonial yang akan merugikan perjuangan Islam sendiri terutama dilingkungan Masyarakat NU baik struktural maupun kultural mengingat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di Proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 umat Islam memiliki andil yang sangat besar dalam Konsensus Nasional dengan Azaz Pancasila sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Inilah yang menjadi sikap Perjuangan Dr KH. Mustain Romly selalu menjaga dan memelihara Harmoni Hubungan antara Ulama dan Umaro sampai ahir hayat beliau (1985). Bahkan tak dapat dipungkiri peran dan kiprahnya dengan segala dinamika masyarakat Islam utamanya masyarakat NU dan pada penghujung 1984 pada bulan September Organisasi Islam terbesar di Indonesia ini ya’ni NU mengevaluasi Perjuangan melalui Munas Alim Ulama mengambil Keputusan untuk kembali ke Hittoh 1926 dan menerima Pancasila sebagai Azaz berbangsa dan Negara. ( sumber : disarikan dari Buku Sejarah – Surat Wasiat- Ijazah Baiat ( Janji Thoriqoh) dari KH.Romly kepada KH.Musta’in Romly 1984 )

Dalam rekam jejak dari berbagai sumber bahwasanya Al Allamah Mbah K H.Romly Tamim semasa beliau memimpin Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsyabandiyah di Pondok Darul Ulum Rejoso Peterongan memiliki Murid murid Thoriqoh yang telah dinobattkan sebagai Guru atau Mursyid dikemudian hari menjadi tokoh sentral perkembangan Da’wah diseantero Indonesia bahkan diluar negeri antara lain: Al Mursyid KH.Muhammad Abbas ( Buntet Cirebon) ,Almursyid KH.Muhammad Usman Ishaq ( Sawahpulo Surabaya ),AlMursyid KH. Ahmad Shonhaji ( Kebumen ) Al Mursyid KH.Muhammad.Shiddiq (Kudus),Al Mursyid KH.Muslih Abdurrohim ( Mranggen ) Al Mursyid KH.Adlan Ali (Cukir Jombang ),Al Mursyid DR.KH.Musta’in Romly( Peterongan Jombang) ,Al Mursyid KH.Imron Hamzah (Surabaya). ( Sumber : DrsH.Ishomudin Ma’sum dalam Buku Istighostah Manfaat dan Keutamaanya ).Dalam sumber lain yaitu pada Buku Tiga Guru Sufi Tanah Jawi yang di tulis oleh Ustad Murtadlo Hadi bahwasanya Al Mursyid KH.Shobiburrohman ( Jepara ) termasuk murid Mbah KH.Romly Tamim Rejoso.

Untuk lebih memahami tentang Ilmu Thoriqoh dan Amalan Thoriqoh Qodiriyah Wannaqsyabandiyah diharapkan untuk membaca Buku Tsamrotul Fikriyah atau Buku buku yang tersebut diatas atau langsung minta bimbingan kepada AlMursyid Thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsyabandiyah ( JAMUTAQWA ) Pusat di Universitas Darul Ulum Jombang Jawa Timur, yaitu DR.KH. Mujib Musta’in Romly, M.Si ( Beliau putra dari Al-Mursyid DR. KH. Musta'in Romly ).

Catatan : 

Ada sebuah cerita dari seorang Kyai namanya Kyai Musa Bojonegoro yang waktu itu mendampingi kunjungan silaturrohim KH Usman Ishaq ke Universitas Darul Ulum dengan didampingi Dr.KH.Musta’in Romly beliau KH.Musta’in Romly menyampaikan kalimat kepada KH.Usman Ishaq kurang lebihnya "Andai tidak ada Thoriqoh maka tidak ada Undar",ini satu satunya Universitas yang lahir dari Thoriqoh. Mogga didoakan Kyai, Kemudian KH.Usman berdoa diamini oleh Dr.KH.Musta’in Romly dan rombongan Jamaah Thoriqoh yang mengiringi kedua Ulama Besar ini
Selain itu, penerus dari perjuangan Alm. DR. Musta;in Romly ini kemudian dilanjutkan oleh putra beliau, yaitu DR. KH. Mujib Musta'in, M.Si ( Rektor UNDAR Jombang Jawa Timur, Indonesia ) sekaligus Al-Mursyid JAMU TAQWA ( Jam'iyyah Mujahadah Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah )

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Sufi ~ Artikel Ilmu Tasawuf dan Sufisme All Right Reserved
Hosted by Satelit.Net Support Satelit.Net