Senin, 26 Maret 2012

Konsep Manusia Menurut Hasan Langgulung dan implikasinya Terhadap pendidikan Islam

Konsep Manusia Menurut Hasan Langgulung dan implikasinya Terhadap pendidikan Islam

konsep manusia
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Penegasan Istilah


Untuk menghindari pembahasan yang meluas serta menghindari kesalahpahaman pembaca dalam memahami istilah yang dipakai dalam skripsi ini, maka perlu dibuat penjelasan terhadap istilah-istilah tersebut, yaitu :
a.                  Konsep
Konsep yaitu gambaran mental suatu objek, proses, atau apapun yang berada diluar bahasan dan yang digunakan oleh akal budi untuk memahami masalah-masalah lainnya, atau dengan kata lain, ide atau pendapat yang diabsatrakkan melalui peristiwa nyata.[1]
Dalam wilayah filsafat ilmu, konsep dalam bahasa Inggris adalah concept (bhs latin concepere, conceptum,) yaitu kesan mental, sebuah pikiran, pernyataan gagasan dari sebarang tingkat kenyataan atau abstraksi yang digunakan dalam berpikir abstrak.[2]
b.                  Implikasi
Implikasi yaitu keterlibatan, maksud atau pengertian yang tidak disebutkan secara langsung[3] dalam hal ini implikasi konsep manusia menurut Hasan Langgulung terhadap pendidikan Islam.
Dalam kamus filsafat terkadang disebut implikasi defisional deduksibilitas yaitu pernyataan dari pernyataan lainnya. Contoh :”Adam menikah”, secara logis maka berarti ia memiliki istri.[4]
c.                   Pendidikan
Pendidikan  ialah bantuan yang diberikan dengan sengaja kepada anak  dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa.[5]
Noeng Muhadjir mamaknai pendidikan sebagai upaya terprogram, mengantisipasi perubahan sosial oleh pendidik-mempribadi membantu subyek-didik dan satuan sosial berkembang ke tingkat yang labih baik dengan jalan yang normatif juga baik.[6]
d.                  Pendidikan Islam
Menurut  Athiyah Al-Abrosyi, pendidikan Islam adalah mempersiapkan individu agar ia dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna.[7]
Sedangkan Drs. Abu Tauhied, pendidikan Islam yaitu upaya mempersiapkan anak atau individu dan menumbuhkannya baik dari sisi jasmani, akal fikiran dan rohaninya dengan pertumbuhan yang  terus menerus agar ia dapat hidup dan berpenghidupan sempurna dan ia dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya.[8]

Pengertian judul secara keseluruhan adalah Konsep Manusia Menurut Hasan Langgulung dan implikasinya Terhadap pendidikan Islam, maksudnya adalah konsep manusia dalam pemikiran Hasan Langgulung dan implikasinya terhadap pendidikan, maksudnya adalah kajian Hasan Langgulung mengenai manusia dalam tinjauan filsafat pendidikan dan pengaruhnya dalam bidang pendidikan Islam, dalam hal teori atau konsep maupun praktik pendidikan .

B.     Latar Belakang Masalah

Masalah pendidikan adalah masalah hidup dan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya, manusia akan selalu memerlukan pendidikan agar ia mampu mempertahankan hidup atau dapat mencapai kehidupannya agar lebih baik.
Dalam sejarah manusia, pendidikan sebenarnya sudah dimulai sejak adanya makhluk yang bernama manusia, hal ini berarti bahwa pendidikan itu berkembang dan berproses bersama-sama dengan proses perkembangan dan kehidupan manusia.[9]
Usaha untuk menciptakan suatu sistem pendidikan yang dapat memindahkan nilai-nilai kebudayaan yang dikehendaki tersebut belum sepenuhnya dapat mencapai hasil yang maksimal serta memuaskan. Dengan kata lain, sistem pendidikan yang benar-benar mapan dapat diterima secara universal, bentuk nilai-nilai falsafi, serta serasi dengan fitrah manusia dan tatanan masyarakat masih belum ditemui.[10]
Hal itu terlihat dari kenyataan hasil yang telah dicapai oleh  pendidikan model Barat yang lebih menonjolkan aspek rasional manusia. Pendidikan yang awalnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemashlahatan manusia, telah menghasilkan kemajuan dibidang ilmu pengetahuan. Namun pendidikan model ini belum sepenuhnya mampu menyentuh kebutuhan hakiki dari manusia secara sempurna yaitu kebutuhan nilai-nilai kemanusiaan, baik dari aspek jasmani dan rohani.
Beberapa kemajuan dibidang teknologi dan ilmu pengetahuan yang telah mampu memberikan kehidupan lebih mudah dan nyaman tersebut, justru telah menimbulkan permasalahan baru, keraguan, keresahan dan rasa tidak aman, semakin dirasakan manusia. Bahkan kemajuan tersebut telah berubah manjadi bencana yang sewaktu-waktu dapat mengancam kelangsungan hidup manusia.[11]
Kelemahan-kelemahan seperti yang telah disebutkan diatas, bukan tidak disadari oleh pakar pendidikan barat. Tetapi usaha untuk mengatasi kelemahan itu belum ditemukan kelanjutannya. Hal ini telah mendorong para filosof untuk mencari kebenaran yang lain yang dapat dijadikan dasar bagi sistem  pendidikan yang pada akhirnya para ilmuan mau tidak mau kembali menoleh kepada hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Para filosof dan ilmuwan dituntut untuk mencari jawaban dari beberapa pertanyaan prinsipil, pertanyaan itu, menurut Jacques Maritain, -- sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin--, mengarah kepada pemikiran filsafat pendidikan, yaitu siapa manusia, dimana dan kemana manusia akan pergi,apa yang menjadi tujuan   hidup manusa, semua hal ini dikaji dalam bentuk penciptaannya.[12]
Salah satu tema sentral yang dibahan filsafat pendidikan adalah pembahasan tentang masalah manusia. Hai ini disebabkan karena keterlibatan manusia dalam proses pendidikan sangatlah jelas. Dimana dalam pendidikan, manusia berperan sebagai subjek sekaligus objek pendidikan[13] Sementara itu, dalam dunia pendidikan, pemahaman tentang manusia sangatlah penting, As-Syaibani menyatakan bahwa penentuan sikap dan tanggapan tentang manusia sangat penting dan vital, tanpa sikap dan tanggapan yang jelas, pendidikan akan meraba-raba.[14] Apabila pemahaman tentang manusia tidak jelas, maka berakibat tidak baik pada proses pendidikan itu sendiri.
Persoalan yang kemudian muncul adalah cara pandang atau konsep manusia yang digunakan menentukan konsep-konsep lanjutan pada suatu disiplin ilmu atau aliran tertentu. Begitu juga apabila menelaah pendidikan, maka setiap aliran, teori atau sistem pendidikan berakar pada sebuah pandangan falsafah manusia yang digunakan.
Sebagai contoh apa yang terjadi dalam tradisi pendidikan di Barat yang berdasarkan pada filsafat positivistik sehingga pendidikan menjadi bebas nilai.manusia  dalam pendidikan dipandang sebagai objek yang tidak jauh berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Perbedaannya hanya dalam fungsi berfikir, kemudian dikatakanlah bahwa manusia adalah binatang yang berfikir. Kemudian pemikiran ini melahirkan pandangan dan sikap hidup materialisme. Puncak kepuasan manusia terletak pada pemuasan materi. Materialisme dan sekuler berjalan seiring dan berkelindan satu sama lain.[15]
Kesalahan pemahaman yang telah dilakukan ilmuwan dalam memandang manusia berakibat pada manusia itu sendiri. Karena pada kenyataannya tidak semua kehidupan manusia dapat dirasionalkan. Banyak bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat dirasionalkan yang hadir dalam kehidupan manusia seperti cinta, seni, kematian dan sebagainya.
Pandangan yang bersifat antroposentris ini jauh berbeda dengan pandangan Islam dalam melihat manusia dari segi hakikat jati diri substansi manusia. Manusia adalah makhluk yang mempunyai berbagai keistimewaan yang berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki tiga dimensi dimensi yaitu dimensi jasmani, rohani dan roh.[16] Roh (bukan unsur rohani) menurut Hasan Langgulung, adalah unsur fitrah ketauhidan pada diri manusia.Tuhan memberi manusia potensi yang sejalan dengan sifat-sifat-Nya dalam kadar terbatas.[17] Aspek ruhani inilah yang tidak tersentuh oleh pendidikan yang berlangsung di Barat.
Dasar yang melandasi pemikiran pendidikan Islam adalah konsep filsafat pendidikan yang menyatakan bahwa segala yang  ada terwujud melalui proses penciptaan (creation ex nihilo) bukan terwujud dengan sendirinya. Konsep yang bersifat Antroporeligiocentris inilah yang mendasai konsep-konsep dasar pendidikan Islam lainnya, seperti tentang hakikat manusia, tujuan pendidikan yang kemudian akan mengarahkan kepada pelaksanaan pendidikan Islam.[18]
Memahami kondisi demikian, maka diperlukan konsep baru tentang manusia yang mempunyai landasan kuat dan jelas, sehingga manusia dipandang dan ditempatkan secara benar dalam arti sesungguhnya.  Untuk itu penulis, memfokuskan pada pemikiran Hasan Langgulung. Sehingga apabila dikaitkan dengan persoalan krisis kemanusiaan sekarang ini diharapkan didapatkan sebuah solusi alternatif dalam memecahkan permasalahan pendidikan Islam.
Hasan Langgulung memiliki latar belakang yang luas dalam bidang pendidikan dan psikologi. Beliau banyak menghasilkan karya dalam bidang ini. Dari karyanya antara lain  Manusia dan Pendidikan, suatu analisa pendidikan dan psikoolgiFalsafah pendidikan Islam (Terjemah), Beberapa Pemikiran tentang pendidikan Islam, dan lain-lain. Dari beberapa karya diatas terlihat bahwa Hasan Langgulung merupakan  seorang yang kompeten dan profesional dalam bidang ini.
Menurut   Hasan Langgulung pendidikan Islam dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari sudut padang masyarakat dan dari sudut pandang individu. Masyarakat memandang pendidikan sebagai pewarisan kebudayaan atau nilai-nilai budaya baik yang bersifat intelektual, keterampilan, keahlian dari generasi sebelumnya kepada generasi sekarang agar masyarakat tersebut terpelihara kelangsungannya hidupnya atau tetap memelihara kepribadiannya. Adapun dari segi individu pendidikan berarti upaya pengembangan potensi-potensi yang dimiliki individu yang masih terpendam agar teraktualisasikan secara kongkret, sehingga hasilnya bisa dinikmati individu dan masyarakat.[19]
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan itu mempunyai fungsi ganda.. Pada sisi pendidikan berfungsi untuk memindahkan nilai-nilai menuju pemilikan nilai (internalisasi) untuk memlihara kelangsungan hidup (survive) suatu masyarakat dan peradaban.pada sisi yang lain pendidikan berfungsi untuk mengaktualisasikan fitrah manusia agar dapat hidup secara optimal, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, serta mampu memikul tanggung jawab atas segala perbuatannya sehingga memperoleh kebahagiaan dan  kehidupan yang sempurna.
Dalam hal lain Hasan Langgulung mendifinisikan pendidikan Islam sebagai suatu proses spiritual, akhlaq, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan   kehidupan dunia dan akhirat.[20]
Menurut Hasan Langgulung ada lima sumber nilai yang diakui dalam Islam,yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai sumber yang asal. Kemudian qiyas, artinya membandingkan masalah yang disebut oleh Al-Qur’an atau Sunnah dengan masalah yang dihadapi  umat Islam tetapi nash yang tegas dalam Al-Qur’an tidak ada. Kemudian kemashlahatan umum yang tidak bertentangan dengan nash. Sedangkan sumber kelima adalah ijma’ ulama dan ahli fikir Islam yang sesuai dengan sumber  dasar Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.[21]
Falsafah pendidikan Islam berasal dari falsafah hidup Islam mencakup kebenaran (truth) yang bersifat spekulatif dan praktikal yang menolong untuk menafsirkan tentang manusia, sifat-sifat ilahiyah-Nya, nasib kesudahannya,  dan keseluruhan hakikat (reality).ia didasarkan pada prinsip-prinsip tertinggi dan tidak berubah pada kesalahan bagi tingkah laku individu dan masyarakat.[22]

C.    Rumusan Masalah


1.      Bagaimana konsep manusia menurut Hasan Langgulung ?
2.      Apa implikasi konsep tersebut terhadap pendidikan Islam ?

D.    Alasan Pemilihan Judul

Dalam skripsi ini penulis mengangkat pemikiran seorang tokoh pendidikan kelahiran Rappang, Sulawesi Selatan, Indonesia yang tinggal dan mengajar di Universitas Kebangsaan Malaysia, adapun yang menjadi daya tarik penulis untuk mengangkat tema ini adalah :
1.      Hasan Langgulung adalah selain seorang  tokoh pendidikan Islam yang mempunyai  banyak pengalaman dalam bidang pendidikan Islam, Langgulung juga seorang tokoh pemikir pendidikan Islam kontemporer yang memiliki corak dan nuansa distingtif dengan pemikiran-pemikiran Pendidikan Islam pada era sebelumnya, hal ini disebabkan latar belakang dan cara berfikir Langgulung yang berusaha memadukan konsep pendidikan dari berbagai disiplin ilmu baik psikologi, filsafat pendidikan dan sosilogi .
2.      Selain itu, pemikiran Hasan Langgulung terkadang menimbulkan perdebatan dikalangan ahli pendidikan Islam, seperti konsep kebebasan manusia dalam pendidikan, konsep fitrah manusia, dan beberapa pemikiran Langgulung lainnya.
3.      Apabila dikaitkan dengan konteks pendidikan Islam kontemporer yang masih dalam “pencarian” jati dirinya. Konsep pemikiran Hasan Langgulung dapat menjadi sebuah wacana keilmuan yang perlu dikritisi dan bahkan dikaji kembali dalam aplikasinya pada realitas pendidikan Islam dan pendidikan di Indonesia pada umumnya

E.     Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini atau kajian terhadap pemikiran  Hasan Langgulung dilakukan dengan tujuan  :
1.            Untuk memahami konsep manusia menurut Hasan Langgulung. 
2.            Untuk mengetahui implikasi konsep tersebut terhadap pendidikan Islam ?
Dan terakhir kajian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi khazanah keilmuan Islam, khususnya bagi mereka yang concern terhadap persoalan-persoalan yang sangat fundamental dalam dunia pendidikan Islam.

F.     Telaah Pustaka

Kajian-kajian tentang manusia sudah sangat tua dan sangat banyak dilakukan oleh para pakar dan pemikir, setua kehidupan manusia itu sendiri, baik sejak zaman filosof Yunani, zaman Islam, hingga pada sekarang ini.
Kajian tentang manusia sebelumnya  antara lain telah dilakukan oleh Dr. Muhammad Yasir Nasution, dalam bukunya “Manusia menurut Al-Ghazali”, M. Yasir Nasution mengemukakan konsep Al-Ghazali tentang manusia, manusia adalah makhluk yang terdiri dari badan (fisik atau jasmani), jiwa dan al-ruh. Essensi ketiganya adalah jiwa. Jiwa dan badan mempunyai hubungan yang aksidental, pada saat hubungan keduanya terputus. Kedua unsur itu disatukan dalam al-nafs (jiwa). Jiwa bersifat immateri dan dinamis. [23]
Kajian tentang manusia sebelumnya telah dilakukan oleh Dr. H. Musa Asy’arie. Menurut Musa Asy’arie manusia disebutkan dalam al-Qur’an dalam berbagai bentuk suku kata seperti insan, dan basyar.  Kedua kata itu mempunyai hubungan yang erat dengan kedudukan manusia sebagai khalifah dan ‘abd. Insan sebagai realisasi dari khalifah dan basyar merealisasikan sifat ‘abd.[24]
Muhammad Syamsuddin, juga telah melakukan kajian tentang manusia dalam pandangan KH. A.Azhar Basyir, bahwa eksistensi manusia adalah berasal dari ruh Allah yang mempunyai substansi material (dari tanah) dan substansi ruhaniah (ruh ciptaan Allah). Individualitas diukur secara emperis dalam keterlibatannya dengan sesama manusia dan lingkungannya. Keberadaannya ditentukan oleh relasi sosial disekitarnya. Dalam relasi sosial, individu dibatasi oleh norma-norma yang sudah ada, dan mereka terinternsalisasi oleh sistem nilai yang melingkupinya sejak kecil sampai dewasa.[25]
Adapun kajian tentang pemikiran Hasan Langgulung dalam sepengetahuan penulis telah dilakukan oleh Drs. Mahfud Junaedi, yaitu Mahasiswa Prorgam Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1997 dengan thesisnya berjudul “ Pemikiran Pendidikan Kontemporer (Studi atas Pemikiran Hasan Langgulung)”
Dalam tesis itu kajian Hasan Langgulung tidak saja sebagai produk pemikiran namun juga sebagai proses. Selanjutnya tulisan ini menggali pemikiran Hasan Langgulung pada titik penekanan kajian filsafat pendidikan Hasan Langgulung, baik dalam hal cara berfikir (epistemologi), ontologis serta  dan implikasi wacana pemikiran Hasan Langgulung pada pendidikan dimasa yang akan datang. [26]
Yang menjadi perbedaan dalam kajian skripsi ini adalah, penulis akan menggali pemikiran Hasan Langgulung pada permasalahan yang lebih spesifik lagi yaitu pembahasan konsep manusia dan beberapa implikasinya terhadap pendidikan Islam.
Kemudian kajian lainnya terhadap Hasan Langgulung juga telah dilakukan oleh Subaidi, Mahasiswa Fakultas Agama Islam Universitas Cokroaminoto Yogyakarta dalam skirpsinya yang berjudul Konsep Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung (Tinjauan Filosofis). Dalam skripsi tersebut dikemukakan tentang hakikat pendidikan Islam. Konsep pendidikan Islam meliputi pengertian dan dasar-dasar pendidikan Islam, serta tujuan dan prinsi-prinsip pendidikan Islam. Sedangkan permasalahan tentang manusia hampir-hampir tidak dibahas sama sekali, yaitu terbatas pada nilai-nilai kemanusiaan dan kesatuan umat manusia.[27]
Dan terkahir ada tulisan dari Drs. Achmad Sudja’ie tentang pemikiran Hasan Langgulung tentang pendidikan Islam, yang isinya hampir sama yaitu pengertian pendidikan Islam, dasar-dasar pendidikan Islam, nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan Islam serta tujuan pendidikan Islam.[28]
Adapun yang menjadi perbedaan dalan skripsi ini adalah kajian manusia dilakukan secara  lebih mendalam dan komprehensif yakni pada hakikat manusia, proses penciptaan manusia,konsep fitrah dan seluruh permasalahan yang berkaitan dengan persoalan manusia serta implikasinya terhadap pendidikan Islam.

G.    Kerangka Teoritik

Untuk memudahkan dalam melakukan analisis kependidikan Hasan Langgulung tentang manusia dan melihat posisi pemikirannya diantara teori-teori pendidikan Islam yang ada, maka dalam landasan teoritik ini perlu dijelaskan telaah tentang manusia yang pernah muncul dalam teori pendidikan.
Konsep manusia sangat penting artinya di dalam suatu sistem pemikiran dan di dalam kerangka berfikir seorang tokoh intelektual atau pemikir. Konsep tentang manusia menjadi penting karena  ia termasuk bagian dari pandangan hidup seseorang.[29]

a.            Hakikat Penciptaan Manusia
         Penciptaan adalah proses mewujudkan gagasan dalam pernyataan. Penciptaan adalah suatu aktivitas yang sangat menentukan bagi adanya eksistensi. Eksistensi Tuhan sepenuhnya melekat pada penciptaan, karenanya dalam ciptaan Tuhan termuat eksistensi diri Tuhan. Kesempurnaan dan keteraturan serta keseimbangan yang terkandung dalam ciptaan Tuhan adalah merupakan wujud bagi kesempurnaan Tuhan. Sedangkan penciptaan bagi manusia adalah aktivitas yang menenukan eksistensinya di dunia ini. [30]
         Dalam Al-Qur’an penciptaan manusia disebutkan dengan memakai kata khalaqa yang artinya menciptakan atau pembentuk. kata  khalaqa menunjuk pada pengertian menciptakan sesuatu yang baru, tanpa ada contoh terlebih dahulu atau dapat juga menunjuk pada pengertian sesuatu ketentuan atau ukuran yang tepat.[31]
         Dalam Al-Qur’an manusia disebut dengan berbagai nama antara lain : al-basyar, al-insan, bani adam,al-ins, abdillah dan khalifatullah.[32] Dibawah ini akan diuraikan pengertian manusia dalam berbagai kata dan istilah yang dipakai dalam Al-Qur’an.
a)      Konsep Al-Basyar (                 )
Manusia dalam konsep al-basyar, dipandang dari pendekatan biologis pada hakikatnya tidak berbeda dengan makhluk lain yang terdiri dari unsur biotik lainnya walupun strukturnya berbeda.[33]
   Manusia memerlukan makanan dan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan dan kedewasaan.selain itu manusia memerlukan pasangan hidup untuk melanjutkan keturunanya.
b)      Kinsep Al-Insan (                     )
Manusia sebagai  makhluk psikis (al-insan) mempunyai potensi rohani seperti fitrah, kalbu dan akal. Potensi itu menjadikan manusia sebagai makhluk yang mempunyai kedudukan tinggi dan berbeda dengan makhluk lainnya.[34] Apabila manusia tidak menjalankan fungsi psikisnya ia tidak ubahnya seperti binatang bahkan lebih hina. Selain itu manusia termasuk makhluk yang lalai, sehingga sering lupa akan tugas dan tangung jawabnya.[35] sehingga mengakibatkan manusia terjerumus dalam penderitaan hidup.
c)      Konsep Al-Nas (                      )
Manusia adalah makhluk sosial, ia diciptakan sebagai makhluk yang bermasyarakat, yang berawal dari pasangan laki-laki dan wanita, kemudian berkembang biak menjadi suku bangsa untuk saling mengenal.[36]
Peranan manusia dititikberatkan pada upaya untuk menciptakan keharmonisan hidup bermasyarakat. Sedangkan msyarakat dalam ruang lingkup yang paling sederhana adalah keluarga, hingga keruang lingkup yang lebih luas yaitu antar negara dan bangsa.
d)      Konsep Bani Adam (                           )
Manusia selaku bani adam dikaitkan dengan gambaran peran Nabi Adam As. saat  awal diciptakan. Dikala Adam As akan diciptakan para malaikat seakan mengkhawatirkan  kehadiran makhluk ini.  Mereka memperkirakan dengan penciptaannya, manusia akan jadi biang kerusakan dan pertumpahan darah. Kemudian terbukti bahwa Adam As bersama istrinya Siti Hawa dikeluarkan karena terjebak hasutan setan.
Mengacu dari latar belakang penciptaannya, tampak manusia selaku bani Adam memiliki peluang untuk digoda setan.namun lebih dari itu konsep Bani Adam dalam bentuk menyeluruh menitikberatkan pada upaa pembinaan hubungan persaudaraan antara sesama manusia. Menyatukan visi bahwa manusia pada hakikatnya berawal dari nenek moyang yang sama, yaitu Nabi Adam As. dengan demikian  apapun latar belakang sosial kultural, agama, bangsa dan bahasa harus dihargai dan dimuliakan.[37]
e)      Konsep Khalifatullah  (           )
Hakikat penciptaan manusia dimuka bumi salah satunya adalah sebagai khalifatullah dalamhal ini Al-Qur’an menegaskan :



Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat:”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi” (Q.S. Al-Baqaroh : 30)

   Manusia sebagai khalifah Allah fi al-ardi menjadi wakil Tuhan di muka bumi, yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.[38]
   Sebagai wakil Tuhan, maka Tuhan telah mengajarkan kepada manusia tentang kebenaran-kebenaran dalam segala ciptaan-Nya, dan melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum kebenaran yang terkandung dalam ciptaan-nya – semua yang da dalam alam ini – maka manusia dapat menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan.
   Tugas kekhalifahan pada dasarnya dalah tugas kebudayaan yang berciri kreatif agar selalu dapat menciptakan sesuatu yang batru sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Manusia dianugerahkan kelebihan dan kemampuan dalam hal pengetahuan konseptual (berfikir), kemampuannya menerima pelajaran tentang nama-nam benda dan kemampuannya menegaskan nama-nama tersebut. Tujuannya adalah untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan hidup dimuka bumi ini.[39]
f)        Konsep Abdillah (                   )
            Kata ábd disamping mempunyai arti  budak, dalam pengertian negatif, ia juga mengandung pengertian yang positif, yaitu dalam hubungan antara manusia dengan penciptanya. Seorang hamba Tuhan artinya orang yang taat dan patuh terhadap perintah-Nya . Kata  ‘abid dalam Al-Qur’an dipakai untuk menyebut semua manusia dan jin.


“ Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melaikan supaya mereka menyembah-Ku”(Q.S Adz-Zariyat:56).

            Kata “ibadah” diartikan sebagai sesuatu kegiatan penyembahan, atau pengabdian kepada Allah. dalam pengertian sempit, kata ibadah hanya menunjuk pada segala aktifitas pengabdian yang sudah digariskan oleh syariat Islam, baik bentuknya, caranya, waktunya serta syarat dan rukunnya.[40]
            Sedang dalam pengertian luas, ibadah tidak hanya terbatas pada hal-hal yang disebutkan diatas, namun mencakup segala aktivitas pengabdian yang ditujukan kepada Allah semata.
            Ibadah dalam Islam lebih merupakan amal saleh dan latihan spiritual yang berakar dan diikat oleh makna yang hakiki dan bersumber dari fitrah manusia. [41]
            Dari beberapa ayat Al-Qur’an diatas, dapat disimpulkan, bahwa hakikat penciptaan manusia  dimuka bumi sebagai khalifah Allah dan juga sebagai ‘abd Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, tetapi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Kekhalifahannya adalah realisasi dari pengabdiannya kepada Tuhan yang menciptakannya. Kedudukan manusia sebagai khalifah dan ‘abd pada dasarnya merupakan kesatuan pembentuk kebudayaan. Kebudayaan dibentuk oleh adanya pemikiran terhadap alam sekitarnya dan pemahaman terhadap hukum-hukumnya yang kemudian diwujudkan dalam tindakan.[42]
           
b.            Kebebasan Manusia    
            Menurut Imam Al-Ghazali  perbuatan merupakan suatu gerak, apabila dihubungkan dengan perbuatan manusia terdiri atas gerak yang tidak disadari (al-thabi’iyat) dan gerak yang disadari (al-iradiyat). Perbuatan juga terdiri atas kedua bentuk tersebut. Perbuatan yang disadari ini disebut perbuatan bebas (al-ikhtiyari). Perbuatan semacam ini terjadi setelah melalui tiga tahap peristiwa dalam diri manusia, yaitu pengetahuan (al-‘ilm), kemauan (al-iradat), dan kemampuan (al-qudrat).  Adapun yang lebih dekat diantara ketiga tahap itu dengan wujud perbuatan adalah al-qudrat yaitu jiwa penggerak dari jiwa sensitif (al-muharrikat), yaitu makna yang tersimpan dalam otot-otot. Fungsi al-qudrat adalah menggerakan otot.
         Meskipun perbuatan manusia yang bersifat ikhtiyari tidak memperlihatkan kebebasan manusia dan efektivitasnya dalam perwujudan perbuatan-perbuatan itu. Perbuatan ikhtiyari senantiasa mempunyai prinsip, sarana dan tujuan.
            Dalam memilih perbuatan baik dari yang buruk memerlukan al-ta’yid atau penguatan dari Tuhan, yaitu bagian dari inayat dan ta’lif dari Tuhan. Disini Tuhan sangat berkuasa dalam menentukan wujud dan menentukan wujud perbuatan manusia, karena yang menciptakan gerak dan kekuasaan adalah dari Tuhan.
        
c.       Fitrah Manusia.
Kata “fitrah” berasal dari kata kerja (fi’il) fathara yang berarti “menjadikan”. Secara etimologis fitrah berarti : kejadian, sifat semula jadi, potensi dasar, kesucian. Didalam kamus munjid ditemukan bahwa fitrah mempunyai arti yaitu sifat yang menyifati segala yang ada pada saat selesai di ciptakan.[43]. firman Allah dalam  al-Qur’an :



“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas FITRAH Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan paa fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus;Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (Q.S. Al-Rum:30)

Sabda Rasulullah SAW :



“Tiap-tiap anak dilahirkan di atas fitrah. Maka ibu bapaknyalah yang mendidiknya menjadi orang yang beragama Yahudi,Nasrani dan Majusi. (H.R. Bukhari).

            Para ulama telah memberikan berbagai interpretasi tentang fitrah seperti yang tersebut dalam al-Qur’an dan al-Hadist diatas. Muzayyin menyimpulkan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar berkembang menusia yang dianugerahkan Allah kepadanya. Didalmnya terkandung berbagai komponen psikologis yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menyempunakan bagi hidup manusia.[44]
         Salah satu  fitrah di antara sekian banyak jenis fitrah adalah fitrah beragama.  Dengan fitrah beragama itu manusia menerima Allah sebagai Tuhannya; atau dengan kata lain manusia dari asal kejadianya mempunyai kecenderungan beragama, sebab agma itu sebagian dari fitrahnya.

H.          Metode Penelitian

Segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan ilmiah,baik mengenai uraianb atau penyimpulan agar dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan suatu metode.
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ini meliputi :
1.      Metode Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data dalam penulisan ini dilakukan dengan Library Reserach, yaitu pengumpulan bahan dari buku-buku, artikel, encyclopedi yang dipandang ada relevansinya sebagai bahan penulisan. Sehubungan dengan data diatas, maka metode yang digunakan adalah dokumentasi, datanya disebut data literatur.[45]
Sebenarnya sumber primernya adalah wawancara secara langsung dengan Hasan Langgulung, namun karena kendala teknis yang tidak bisa diatasi, yaitu dikarenakan Hasan Langgulung tinggal di Malaysia maka diganti dengan kajian terhadap buku-buku serta tulisan yang ditulis oleh Langgulung sebagai sumber primer. Buku-buku tersebut yaitu :
  1. Manusia dan  Pendidikan , Al Husna Zikra, Jakarta, tahun 1995.
  2. Asas-Asas Pendidikan Islam, Al-Husna, Jakarta, 2000
  3. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam PT. Al-Ma’rif, Bandung, 1996
  4. Peradaban dan pendidikan Islam, Al Husna Zikra, Jakarta, 1985
  5. Kreativitas dan pendidikan Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1991

Kemudian sumber sekunder adalah buku-buku lainnya yang menunjang kajian ini, antara lain :
  1. Filsafat Pendidikan Islam, karya M. Arifin, M.Ed, Bumi Aksara, Jakarta
  2. Falsafah Pendidikan Islam, Prof. Dr. Al-Toumy al-Syaibany, Bulan Bintang, Jakarta, 1975
  3. Pemikiran Pendidikan Islam, karya Drs. Muhaimin, MA dan Drs. Abdul Mujib, Trigenda Karya, Bandung, 1993
  4. Teologi Pendidikan, karya Dr. Jalaluddin, Rajawali Perss, Jakarta, 2000

2.            Metode Pengolahan Data
a)            Deskripsi
Deskripsi adalah menafsirkan dan menuturkan data-data yang ada, misalnya situasi yang dialami satu hubungan kegiatan, dan sikap yang nampak;  yaitu  dengan seteliti mungkin seluruh perkembangan, dengan peralihan-peralihan dan pengarh-pengaruh satu sama lain antara arti-arti, diuraikan secara lengkap dan teratur.[46]
b)            Analisis Data
Dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan pendekatan Filosofis dan kritis, yaitu hasil dari perenungan yang mendalam terhadap permasalahan yang dibahas.  Dalam hal ini, Harry Scholfield mengemukakan bahwa analisis filosofis pada hakikatnya terdiri dari analisa linguistik dan analisa konsep. Yang pertama adalah untuk mengetahui arti  yang sesungguhnya dari sesuatu, sedangkan analisa yang kedua adalah untuk  menganalisa kata-kata yang dapat dikatakan kunci atau pokok yang mewakili suatu gagasan atau konsep.[47]
c)            Teknik Analisis
Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah teknik komparatif.[48] Metode ini digunakan untuk membandingkan pemikiran Hasan Langgulung tentang manusia dan implikasinya dalam pendidikan dengan pemikiran para ahli pendidikan pada permasalahan yang sama.
d)           Induksi dan Deduksi
Sementara itu, metode analisis induktif digunakan dalam rangka merumuskan kesimpulan atas pemikiran Hasan Langgulung yang berkaitan dengan manusia, sehingga diperoleh gambaran yang jelas pemikirannya tentang manusia.
Untuk mengambil kesimpulan, dipergunakan tata fikir reflektif, yaitu berfikir yang prosesnya mondar-mandir antara yang empirik dengan yang abstrak.[49]

I.             Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam eksplorasi berfikir penulisan ini dibagi menjadi beberapa bab yang satu sama lain saling berkelindan erat dari segi pembahasan.
Bab I : Pendahuluan, meliputi 
A) penegasan istilah, 
B) latar belakang masalah, 
C) rumusan masalah, 
D) alasan pmemilihan judul, 
E) tujuan dan kegunaan penelitian,   
F) telaah pustaka, 
G) kerangka teoritik, 
H) metode penelitian, dan 
I) sistematika pembahasan.

Bab II : Riwayat hidup singkat Hasan Langgulung meliputi: 
A) kelahiran, dan keluarga, 
B) Riwayat pendidikan Islam dan aktivitas Hasan Langgulung, 
C) Karya-karya Hasan Langgulung

Bab III : Konsep manusia menurut Hasan Langgulung meliputi:   
A) Manusia sebagai khalifatullah di bumi, meliputi : a) Fitrah Manusia, b) Pemenuhan kebutuhan jasmani dan ruhani, c) kebebasan kemauan, dan d) akal pikiran.
B) Kejadian Manusia dan Tujuan Hidupnya, 
C) Sifat-sifat Asal Manusia, 
D) Konsep Amanah, 
E) Perjanjian Antara Tuhan dan Manusia (Mithaq)

Bab IV : Implikasi Konsep Manusia Menurut Hasan Langgulung Terhadap pendidikan Islam, meliputi : 
A) Manusia sebagai khalifah Allah di bumi dan pengaruhnya pada pendidikan Islam, meliputi : a) Fitrah manusia dan implikasinya terhadap pendidikan Islam, b) kebutuhan jasmani dan rohani dan implikasinya terhadap pendidikan Islam, c)Kebebasan manusia dan implikasinya terhadap metode pendidikan Islam, d) potensi akal dan implikasinya terhadap pendidikan Islam.
B) penciptaan manusia dan implikasinya terhadap pendidikan Islam, C) Konsep Amanah dan implikasinya terhadap pendidikan Islam, D) Kebebasan Manusia dan implikasinya terhadap pendidikan Islam

 Bab V Penutup, yaitu Kesimpulan.

Selengkapnya Silahkan >>> DOWNLOAD

Tag: Konsep Manusia Menurut Hasan Langgulung dan implikasinya Terhadap pendidikan Islam

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Sufi ~ Artikel Ilmu Tasawuf dan Sufisme All Right Reserved
Hosted by Satelit.Net Support Satelit.Net