Senin, 26 Maret 2012

PERAN POLITIK MUHAMMADIYAH ERA REFORMASI


PERAN POLITIK MUHAMMADIYAH ERA REFORMASI  ( Studi Kritis Perilaku Politik Muhammadiyah di Era Reformasi 1998-2000 )
POLITIK MUHAMMADIYAH

Oleh: seowaps.com

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Salah satu organisasi terpenting di Indonesia sebelum kemerdekaan Republik Indonesia dan sampai sekarang adalah Muhammadiyah. Organisasi ini pada awal berdirinya menitikberatkan pada pembaharuan di bidang agama dan pendidikan Islam. Dalam perkembangannya organisasi ini juga terlibat dalam politik yang berlangsung di Indonesia. Menurut Taufik Abdullah, Muhammadiyah hanya mungkin dapat dipahami kalau sejarah ditempatkan dalam dinamika hubungannya dengan masyarakat dan negara di Indonesia ini.[1]
Pembaruan agama dan pendidikan yang dilakukan Muhammadiyah telah banyak melahirkan manusia-manusia yang pandai. Dari manusia yang pandai ini maka melahirkan kekuatan kepekaan hati, sehingga sangat respon dan agresif terhadap berbagai gejala yang kecil maupun kompleks. Proses inilah yang melahirkan pemikir-pemikir yang kritis mulai dari KH. A. Dahlan sampai M. Amien Rais, dimana mereka itu merupakan figur Muhammadiyah yang sangat respek menanggapi gejala perubahan zaman. Mereka merespon berbagai permasalahan kehidupan berbangsa dan bernegara serta beragama yang datang silih berganti, tak terkecuali kehidupan politik yang mewarnai sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Organsiasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 dengan pendirinya KH A. Dahlan atas saran murid-muridnya dan beberapa anggota Boedi Oetomo untuk mendirikan organisasi yang bersifat permanen.[2] Organisasi ini bertumpu pada cita-cita agama sebagai aliran Islam modernis yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi umat Islam Indonesia. Agama Islam di Indonesia pada waktu itu tidak utuh dan murni karena pemeluknya terkungkung dalam kebiasaan yang menyimpang dari al-Qur’an dan hadis. Keadaan ini tidak menumbuhkan simpatik pada pemeluknya, lebih-lebih dari kalangan muda yang sudah mendapat pendidikan Barat. Bahkan mereka menganggap bahwa Islam dianggap sebagai penghambat kemajuan bangsa. Hal inilah yang mendorong KH.A. Dahlan untuk mendirikan Muhamamdiyah dengan tujuan untuk membersihkan berbagai ajaran yang jauh dari Islam seperti perbuatan musyrik, bid’ah dan lain-lainnya.[3]
Perjuangan yang khas yang dilakukan Muhammadiyah adalah pendidikan walaupun dibidang lainnya seperti sosial dan keagamaan juga menjadi perhatian. Dari pembaharuan dibidang pendidikan inilah Muhammadiyah berhasil mencetak manusia muslim yang berbudi luhur, alim, luas pengetahuannya, dan paham masalah dunia dan agama. Sistem pendidikannya dibangun dengan menggabungkan cara tradisional dan modern, dari madrasah sampai perguruan tinggi. Muhammadiyah menjadi gerakan Islam yang menggabungkan antara iman dan kemajuan, sehingga umat Islam tidak ketinggalan dalam dunia yang modern ini.
Begitu banyak peranan Muhammadiyah yang telah mewarnai kehidupan di Indonesia ini diantaranya dibidang politik. Penelitian ini berusaha mengungkapkan peranan Muhammadiyah dibidang politik pada masa kontemporer, terutama perilaku politik Muhammadiyah pada era reformasi melalui Partai Amanat Nasional (PAN) tahun 1998-2000. walaupun PAN bukan satu-satunya partai politik orang Muhammadiyah, tetapi hadirnya PAN tahun 1998 sangat dekat dengan Muhammadiyah, meskipun Muhammadiyah tidak terikat dengan partai politik manapun.
Sejarah mencatat Muhammadiyah tidak pernah berpolitik praktis, namun sebagai individu pada organisasi tersebut boleh berpolitik. Selama itu hubungan antara Muhammadiyah dengan politik bersifat khas. Muhammadiyah, disatu pihak bukan menjadi organisasi politik, tetapi dipihak lainnya Muhammadiyuah harus tetap memperdulikan masalah politik internasional. Hal ini dilakukan karena berkaitan dengan konsep dakwah dan kegiatan sosial. Sehubungan dengan hal ini Amien Rais mengatakan, “Dalam banyak hal, kelancaran dakwah dan syiar Islam ditentukan oleh payung politik yang ada. Bila payung politik yang ada tidak melindungi kelancaran dakwah, organisasi seperti Muhammadiyah akan banyak menemui hambatan dalam melaksanakan aktivitasnya.”.[4]
Perubahan Muhammadiyah selalu berkaitan dengan berbgai persoalan yang ada di masyarakat, sehingga Muhammadiyah mampu merespon zaman. Hal ini dapat dilihat pada masa kepemimpinan KH.A.Azhar Basyir yang lentur kepada pemerintah Orde Baru. Muhammadiyah pada waktu itu termasuk pilar yang berada dalam pandangan paradigma akomodasi Islam dengan penguasa Orde Baru. Perubahan dalam Muhammadiyah terjadi pula ketika kepemimpinan berada di tangan Amien Rais, dimana Muhammadiyah mulai kritis dan selektif terhadap kebijakan pemerintah Orde Baru.
Sikap perubahan Muhammadiyah diawali ketika Tanwir Muhammadiyah ke-43 di Surabaya. Dalam kesempatan tersebut Amien Rais melontarkan isu perlunya suksesi kepemimpinan nasional. Amien menilai bahwa kepemimpinan nasional sudah menunjukkan kebobrokan moral dan kepemimpinan nasional sangat tidak demokratis. Keadaan yang ada pada masa itu menurutnya sudah anti Pancasila, anti kemanusiaan, anti keadilan sosial, dan anti moralitas. Dalam pandangan Nurcholis Madjid dalam waktu 32 tahun kehidupan nasional telah kehilangan ethical paradigm morality dari proses pembangunan nasional.[5]
Pada perjalanan politik bangsa Indonesia akhir 1990-an menunjukkan kehidupan politik sudah menimbulkan bencana bagi sektor sosial dan budaya. Untuk mengatasi permasalahan yang multidimensi ini, Muhammadiyah mencoba untuk merefleksikan dan mengimplementasikan konsep the high politic untuk menyingkirkan  the  low  politic  guna  merubah pola pikir dan sikap kehidupan bangsa. Muhammadiyah mengembangkan politik dengan membendung hal-hal yang bersifat negatif dan mengarahkan kepada yang positif. Dalam bahasa Muhammadiyah atau umat Islam dikenal dengan amar ma’ruf nahi munkar.[6]
Amien Rais dan Muhammadiyah yang menggunakan politik adi luhung bersama rakyat mencoba mendobrak gerbong reformasi untuk mengadakan perubahan kehidupan politik bangsa Indonesia. Pada Mei 1998 akhirnya Orde Baru runtuh dan berganti dengan era reformasi. Pada masa reformasi inilah mulai bermunculan partai politik sebagai akibat dari kebijakan yang diberikan oleh pemerintahan reformasi bagi semua orang untuk mendirikan partai politik. Salah satu partai yang muncul itu adalah Partai Amanat Nasional (PAN) yang didirikan oleh  M. Amien Rais. Hadirnya partai ini sangat dekat dengan warga Muhammadiyah  karena tokoh partai ini adalah ketua PP Muhammadiyah, sehingga hubungan antara keduanya sangat dekat walaupun bersifat informal.

Batasan dan Rumusan Masalah

Permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah tentang peran Muhammadiyah dalam dinamika gerakannya sebagai organsiasi sosial keagamaan pada masa awal reformasi (1998-2000), yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan sumbangan yang besar bagi kehidupan politik bangsa Indonesia. Pemikiran dan sikap Muhammadiyah di masa akhir Orde Baru sangat mewarnai dan menentukan corak perpolitikan di tanah air. Ketika era Reformasi berjalan, tokoh Muhammadiyah M. Amien Rais yang telah mendirikan PAN banyak berperan dalam politik Indonesia Indonesia. Untuk melihat peran politik Muhammadiyah pada masa reformasi ini maka penulis membuat permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
Bagaimana warna politik Indonesia masa reformasi dan bagaimana sikap Muhammadiyah terhadap pemerintah Reformasi?
Mengapa terjadi perubahan perilaku politik Muhammadiyah di era Reformasi?
Bagaimana hubungan antara Muhammadiyah dengan Partai Amanat Nasional?

Tujuan dan Kegunaan

Berangkat dari rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk
Menjelaskan kebijakan politik era Reformasi
Mengungkapkan sikap Muhammadiyah terhadap berbagai kebijakan politik pemerintah Reformasi
Menerangkan strategi perjuangan Muhammadiyah pada era Reformasi dan masa yang akan datang.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
  1. Memberikan masukan dan tambahan bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang Muhammadiyah.
  2. Memberikan sumbangan bagi perbendaharaan serta kajian sejarah nasional
  3. Menambah serta mengembangkan semangat bagi generasi muda khususnya Muhammadiyah dan masyarakat Indonesia pada umumnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tinjauan Pustaka

Dalam studi dan penulisan tentang Muhammadiyah buku yang ada sudah banyak. Namun pada umumnya membahas tentang Muhammadiyah secara menyeluruh atau umum. Buku-buku yang penulis temukan antara lain : Gerakan Pembaruan Muhammadiyah yang ditulis oleh Weinata Saim. Dalam buku ini dibahas tentang peran dan kontribusi Muhammadiyah berkaitan dengan pancasila sebagai perwujudan kesatuan dan persatuan bangsa. Buku yang kedua berjudul Moralitas Politik Muhammadiyah yang ditulis oleh M. Amien Rais yang berisi sikap politik Muhammadiyah dengan High politik, tetapi ulasannya masih kurang luas.
Dalam bukunya Alamsyah Ratu Prawiranegara, Muhammadiyah dalam Islam dan Pembangunan Politik Indonesia dibahas tentang peranan Muhammadiyah dengan M. Din Syamsuddin dalam buku Muhammadiyah Kini dan Esok membahas tentang keterlibatan Muhammadiyah dalam PII dan Masyumi serta Parmusi yang didalamnya tidak diungkapkan peran politik Muhammadiyah pada masa Orde Baru. Buku lainnya adalah Gerak Politik Muhammadiyah dalam Masyumi tulisan  Syaifullah berisi tentang perilaku politik Muhammadiyah antara tahun 1945-1949 di Masyumi.
Buku lainnya tentang Muhammadiyah adalah dalam berbagai kumpulan artikel seperti “Perkembangan Muhammadiyah dari masa ke Masa: Pergumulan Pemikiran dalam Muhammadiyah” yang ditulis untuk menyongsong Muktamar ke-41 dengan editor Sukriyanto A.R. dan Abdul Mulkhan, Intelektualisme Muhammadiyah Menyongsong Era Baru oleh Kuntowijoyo, Muhammadiyah dan Pemberdayaan Rakyat oleh Ade Ma’rif dan Zulfanheri. Buku-buku yang berasal dari kumpulan artikel belum cukup untuk memberikan gambaran Muhammadiyah dalam politik secara luas dan komprehensif karena ulasannya hanya singkat dan sekilas. Buku lainnya adalah Dinamika Politik Muhammadiyah karya Haedar Nashir berisi tentang dinamika politik Muhammadiyah mulai berdiri sampai masa reformasi tetapi bahasannya masih sekilas sehingga perlu penambahan. Buku Abdul Munir Mulkhan yang berjudul Menggugat Muhammadiyah diuraikan tentang sikap Muhamamdiyah sampai masa Reformasi tetapi hanya sekilas. Dalam buku ini juga berisi tentang berbagai kritik dari penulis berkaitan dengan kebijaksanaan yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah yang terlalu berpihak pada kelas menengah atas.

Landasan Teori

Untuk landasan teori ini penulis memakai strategi pergerakan dan perjuangan umat Islam umumnya dan khususnya warga negara Muhammadiyah di Indonesia seperti diungkapkan oleh Kuntowijoyo.[7] Menurut Kuntowijoyo ada tiga strategi pergerakan dan perjuangan umat Islam yaitu : strategi struktural, kultural dan mobilitas sosial. strategi struktural yang juga disebut sebagai strategi politik menggunakan sarana politik. Kata kunci dalam strategi struktural adalah pemberdayaan atau empowerment, artinya melalui penjelasan hak-hak warga negara untuk melahirkan aksi bersama. Dalam strategi ini akan dibentuk aliansi-aliansi antara berbagai kepentingan yang mempunyai persepsi sama. Strategi struktural bertujuan untuk memobilisasi rakyat kecil dalam keperluan jangka pendek dengan menggunakan metode pemberdayaan dan aliansi.
Dalam strategi kultural perbedaan yang muncul adalah Islam politik dan Islam kultural. Strategi ini bertujuan untuk mengubah cara pandang dan berfikir perorangan. Strategi ini dapat dianggap efektif, dimana cara pengubahan cara berfikir serta pendekatan individu lebih akan lama bila dibandingkan dengan pendekatan kolektif akan mudah dipengaruhi. Jadi dalam strategi kultural lebih menitikberatkan pada individu untuk kepentingan jangka panjang.
Sedangkan dalam strategi terakhir, mobilitas sosial yang berusaha baik secara kolektif maupun individu untuk bisa naik dalam tangga sosial yang berjangka panjang. Metode yang dipakai adalah pendidikan sumber daya manusia, yang secara sadar bertujuan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Dengan tiga strategi yang ditawarkan oleh Kuntowijoyo tersebut, penulis berusaha menggunakan dalam melihat Muhammadiyah pada masa reformasi dalam perjuangan menegakkan demokrasi.  Organisasi sosial keagamaan seperti halnya Nahdlatul Ulama(NU) atau  Muhammadiyah yang dikaji dalam penelitian ini, sejak  awal  memang menggunakan strategi kultural. Hanya saja dalam perkembangannya,   karena tuntutan zaman, mereka mengadopsi strategi struktural dan mobilisasi     sosial  serta mengabaikan   strategi awalnya. Namun sebenarnya strategi awal tetap, cuma orientasinya yang berubah.
Metode Penelitian
Penulisan ini menggunakan metode historis, yaitu dengan  proses menguji dan menganalisis secara  kritis mengenai  peninggalan masa  lampau berdasarkan sumber yang telah diperoleh dan  dikumpulkan.[8] Metode historis ini bertujuan merekonstruksi kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif. Adapun  tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut :
Pengumpulan data ( heuristik )
Heuristik adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan  cara telaah sumber, baik sumber primer maupun sekunder. Telaah dokumen atau sering disebut dengan metode deskriptif analisis[9] yaitu dengan melakukan kajian buku-buku para pemikir umum dan pemikir muslim tentang buku yang membahas masalah Muhammadiyah dalam keterlibatannya dalam perpolitikan di Indonesia.
b. Kritik sumber (verifikasi).
Pada tahapan ini bertujuan menguji otentitas dan kredibilitas sumber. Verifikasi dilakukan dengan cara mengoreksi sumber yang telah dikumpulkan untuk diketahui apakah sumber yang telah dikumpulkan itu benar-benar otentik dan kredibel, sehingga relevan dengan peristiwa yang akan disusun.
c. Interpretasi
Pada tahapan ini maka langkah yang digunakan adalah mensintesa data yang diperoleh oleh penulis. Penulis mensintesa data yang di verifikasi untuk dapat menetapkan fakta dan mencapai kesimpulan. Dalam interpretasi ini penulis menitikberatkan pemikiran deduktif, yaitu dengan mengungkapkan situasi negara RI pada masa Reformasi dan organsiasi kemasyarakatan sebagai gejala umum, untuk kemudian mencari korelasi dengan munculnya perilaku politik Muhammadiyah pada masa yang sama sebagai gejala yang khusus.
d. Histografi
Dalam tahapan ini penulis menyajikan sintesa yang diperoleh dari data-data yang telah diolah kedalam bentuk penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam pemaparan skripsi ini penulis menggunakan dua pendekatan. Pertama, pendekatan politik untuk melihat kondisi politik negara pada masa Reformasi. Kedua, pendekatan historis untuk membuat laporan penelitian ini secara kronologis dengan maksud untuk menentukan peristiwa-peristiwa menurut dimensi waktu dan tempat.[10]

Sistematika Pembahasan

Dalam skripsi ini terdiri atas lima bab yaitu :
Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II Memuat tentang gambaran umum Muhammadiyah. Dalam bab ini terdiri dari dua sub, yaitu latar belakang lahirnya Muhammadiyah dan paradigma atau kerangka berpikir perjuangan Muhammadiyah.
Bab III berisi politik Muhammadiyah pada masa Orde Baru. Bab ini akan menguraikan tentang kebijakan-kebijakan politiik pemerintah Orde Baru atau tahun 1996-1998, dan hubungan Muhammadiyah dengan pemerintahan Orde Baru.
Bab IV yang merupakan pokok dalam penulisan skripsi ini terdiri atas lima sub, yaitu : manuver sosio-politik Muhammadiyah (strategi kultural), hancurnya kekuatan Orde Lama (strategi mobilisasi sosial), kebijakan politik pemerintah era reformasi, Muhammadiyah dan fenomena Partai Amanat Nasional (PAN) strategi struktural.
Bab V Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran-saran.

Selengkapnya Silahkan >>> DOWNLOAD

Tags: PERAN POLITIK MUHAMMADIYAH ERA REFORMASI
Copyright © Sufi ~ Artikel Ilmu Tasawuf dan Sufisme All Right Reserved
Hosted by Satelit.Net Support Satelit.Net